30 Tempat Wisata Terbaik di Jakarta Pusat Yang Direkomendasikan Untuk Liburan Anda


Sebagai kota terkecil sekaligus terpadat di Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Pusat mempunyai daya tarik tersendiri dalam bidang pariwisata. Jakarta Pusat merupakan salah satu kota dengan sejarah panjang di Indonesia. Oleh karena itu, di kota ini berdiri banyak tempat-tempat bersejarah. Baik peninggalan penjajah Belanda, maupun yang sengaja dibangun pemerintah pascakemerdekaan.

Wisata di Jakarta Pusat

Daya tarik tersebut bukanlah satu-satunya. Destinasi wisata di kota terkecil di DKI Jakarta cukup banyak dan bervariasi. Perlu meluangkan banyak waktu untuk bisa mendatanginya satu per satu. Jika Anda berencana berkunjung ke sana, daftar objek wisata di Jakarta Pusat berikut bisa menjadi pedoman.

1. Monumen Nasional

Monumen Nasional, atau sering disebut dengan Monas, adalah monumen setinggi 132 meter yang menjadi simbol kejayaan Negara Indonesia. Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno, memelopori pembangunannya pada tahun 1961.

Lokasinya berada tepat di tengah Lapangan Medan Merdeka, di seberang Istana Negara, Jakarta Pusat, dan dibuka untuk umum sejak 12 Juli 1975. Objek wisata sejarah yang satu ini beroperasi mulai pukul 08.00 – 15.00 setiap hari, kecuali Hari Senin terakhir pada setiap bulannya.

Lokasi Monas paling mudah dijangkau dengan menggunakan KRL. Jika datang dari arah Bekasi, Bogor, Depok, atau Tangerang, Anda perlu melanjutkan perjalanan menuju Stasiun Gondangdia. Jarak Monas dari stasiun ini hanya sekitar 1 kilometer.

Sedangkan untuk pengguna Transjakarta, pastikan bus yang Anda tumpangi melewati halte Central Harmony karena jalur tersebut pasti akan berhenti sejenak di Halte Monas.

Monas terbagi atas beberapa area, yaitu halaman depan, bagian dalam, dan puncak monumen. Halaman depannya berhiaskan relief-relief sejarah Indonesia. Di bagian dalam terdapat Museum Sejarah Indonesia, yang juga berisikan diorama tentang perjalanan sejarah Bangsa Indonesia. Kemudian ada Ruang Kemerdekaan, yaitu ruangan berbentuk amphitheatre yang dihiasi lambang Garuda Pancasila berlapis emas dan naskah asli Teks Proklamasi pada dindingnya.

Area terakhir adalah pelataran puncak yang paling diminati pengunjung. Saat berada di atas, Anda bisa menyaksikan pemandangan luasnya Kota Jakarta. Di sini juga terdapat Api Kemerdekaan, yaitu nyala obor yang terbuat dari perunggu berlapis emas setinggi 14 meter. Konon jika dilihat dari kantor presiden, lidah api ini tampak menyerupai seorang wanita sedang duduk bersimpuh.

2. Masjid Istiqlal

Masjid terbesar se-Asia Tenggara ini berada di sebelah timur laut Lapangan Medan Merdeka, Jakarta Pusat. Dibangun pada area seluas 9,32 hektare di bekas Taman Wilhelmina milik pemerintah kolonial.

Jika datang dari Bandara Soekarno-Hatta, Anda bisa naik Damri dan turun di Stasiun Gambir. Dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh kira-kira 500 meter.

Kereta dari arah Bandung juga turun di Stasiun Gambir. Sedangkan dari arah Bekasi, Tangerang, Bogor, dan sekitarnya, Anda bisa menggunakan KRL dan turun di Stasiun Juanda.

Jika menumpang busway, Anda bisa langsung turun di Halte Masjid Istiqlal. Bus Transjakarta yang melewati halte tersebut antara lain yang berangkat dari Terminal Pulo Gadung dan Tanjung Priok. Tapi kalau Anda datang dari arah Terminal Kalideres, Kampung Rambutan, dan Lebak Bulus, pastikan Anda turun di Halte Juanda untuk selanjutnya menyeberang jalan ke Masjid Istiqlal.

Sebagai tempat ibadah, Masjid Istiqlal bisa menampung hingga 200 ribu jemaah. Masjid nasional ini menjadi pusat kegiatan perayaan hari besar agama Islam, seperti Idulfitri dan Iduladha, Isra Mikraj, dan peringatan lainnya.

Masjid Istiqlal juga dibuka untuk kegiatan pariwisata. Baik pengunjung muslim maupun nonmuslim dipersilakan mendatanginya. Hanya saja, pengunjung wajib mengenakan pakaian yang sopan saat memasuki area masjid. Selain tempat ibadah, masjid ini memiliki perpustakaan Islam, sarana olahraga dan kesehatan, serta madrasah.

3. Gereja Katedral

Selain masjid, terdapat satu objek wisata religi lain di Jakarta Pusat, yaitu Gereja Katedral. Lokasinya tidak jauh dari Masjid Istiqlal, tepatnya di Jalan Katedral No. 7. Untuk menjangkaunya, Anda bisa naik KRL dan turun di Stasiun Juanda atau dengan bus Transjakarta dan turun di halte Masjid Istiqlal atau Juanda.

Tempat ibadah umat Katolik ini bernama asli Katedral Santa Maria Pelindung Yang Diangkat Ke Surga. Bangunannya pernah dipergunakan sebagai kantor departemen pertahanan Hindia Belanda, sebelum peristiwa kebakaran menghancurkannya pada sekitar tahun 1826. Pada tahun 1993, Katedral Jakarta diresmikan sebagai bangunan cagar budaya oleh Pemerintah Indonesia.

Arsitekturnya bergaya neo-gotik, dengan interior khas Eropa klasik mempercantik bagian dalamnya. Selain dipergunakan sebagai tempat ibadah, gereja ini juga dibuka untuk umum setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat, pukul 10 sampai 12 siang. Di dalamnya terdapat Museum Katedral yang menyajikan koleksi bersejarah tentang penyebaran Agama Katolik di Indonesia.

4. Museum Gajah

Sebenarnya nama asli museum ini adalah Museum Nasional Indonesia. Disebut Museum Gajah karena di bagian depannya terdapat patung gajah berukuran besar, hadiah dari Raja Thailand, Chulalongkorn, pada tahun 1871.

Museum terbesar di Asia Tenggara ini mempunyai sekitar 140 ribu koleksi benda bersejarah. Mulai dari benda-benda purbakala, artefak dan naskah kuno, arca-arca, hingga benda cagar budaya dari seluruh wilayah Indonesia. Semuanya dipajang dalam beberapa galeri, seperti galeri arkeologi, prasejarah, keramik, etnografi, geografi, numistik-heraldik, dan galeri sejarah.

Anda bisa menyaksikan koleksi-koleksi Museum Gajah yang buka setiap hari pada jam kerja, kecuali Senin dan hari libur nasional. Pihak pengelola mewajibkan pengunjung untuk membeli tiket masuk seharga Rp2.000,00 untuk anak-anak, dan Rp5.000,00 untuk dewasa.

Museum Gajah terletak di Jalan Medan Merdeka Barat No. 12. Jika datang dari arah Jakarta Utara, Jakarta Barat, atau Jakarta Timur, Anda bisa naik busway jurusan Harmony, lalu oper ke koridor jurusan Blok M dan turun di halte Monas.

5. Gedung Kebangkitan Nasional

Bangunan bersejarah ini adalah gedung peninggalan Belanda yang menjadi saksi awal pergerakan modern pemuda Indonesia. Karenanya, gedung eks sekolah kedokteran STOVIA ini diresmikan sebagai Gedung Kebangkitan Nasional oleh Presiden ke-2 RI, Soeharto, pada 20 Mei 1974.

Kompleks gedung ini terdiri dari 2 bagian. Bagian pertama merupakan Museum Kebangkitan Nasional, dengan sejumlah koleksi foto, diorama, maket, lukisan, replika, dan peralatan perang. Ruangan Memorial Boedi Oetomo, perpustakaan, serta ruangan peninggalan STOVIA yang memamerkan berbagai koleksi pendidikan kedokteran, terdapat di bagian lain dari gedung.

Gedung Kebangkitan Nasional beralamat di Jl. Dr. Abdul Rachman Saleh No. 26, Jakpus. Buka setiap hari Selasa-Jumat pada jam 08.30-15.00, dan Sabtu-Minggu pukul 08.00-14.00. Pada hari Senin dan libur nasional, museum ini tidak beroperasi.

6. Tugu Proklamasi

Pada 17 Agustus 72 tahun yang lalu, Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di lokasi yang dulunya bernama Jl. Pegangsaan Timur No. 56 ini (sekarang menjadi Jl. Proklamasi). Sesuai dengan namanya, Tugu Proklamasi dibangun untuk memperingati peristiwa tersebut.

Tugu Proklamasi juga disebut dengan Tugu Petir, karena terdapat tiang dengan puncak berbentuk petir. Tiang ini biasa digunakan untuk mengibarkan bendera merah putih saat upacara. Di sekelilingnya terdapat taman bunga dan Gedung Semesta.

Pengunjung biasa memanfaatkan taman ini untuk duduk-duduk dan olahraga. Tempat ini juga menjadi pusat peringatan hari kemerdekaan RI dengan berbagai aktivitas, mulai dari upacara bendera, lomba-lomba, hingga pentas seni.

7. Klenteng Sin Tek Bo

Satu lagi objek wisata religi yang terdapat di Jakarta Pusat, yaitu Klenteng Sin Tek Bo. Tempat ibadah warga Tionghoa ini beralamat di Jalan Pasar Baru Dalam.

Akses menuju tempat ini terbilang cukup sulit karena terletak di balik sebuah gang kecil. Papan penanda berukuran kecil di muka gang pun tidak banyak membantu. Saat memasuki gang tersebut Anda akan menemukan pagoda merah bertingkat empat, dan di situlah Klenteng Sin Tek Bo berada.

Ada satu hal yang unik di tempat ibadah yang didirikan pada tahun 1812, tepatnya di altar Kwan Im. Berbeda dengan klenteng lain, di sini terdapat dua patung tokoh agama nonTionghoa, yaitu Eyang Djugo dan Eyang Sudjo. Keduanya adalah keturunan Pangeran Diponegoro yang melarikan diri ke Jawa Timur dan menjadi guru spiritual kaum Tionghoa.

8. Masjid Cut Meutia

Selain Istiqlal, Masjid Cut Meutia juga merupakan bangunan bersejarah. Masjid ini dulunya kantor biro arsitek Gondangdia dan Markas Angkatan Laut Jepang, sebelum dimanfaatkan sebagai Kantor Urusan Agama pada 1964-1970. Oleh karena itu, bangunan yang berada di Jalan Cut Meutia No. 1 ini tidak memiliki kubah dan menara seperti masjid kebanyakan.

Masjid ini buka selama 24 jam pada bulan Ramadan. Pengajian rutin diadakan sehabis salat magrib setiap harinya. Bahkan pengelola masjid juga menggelar festival musik Ramadan Jazz setiap tahunnya. Sebuah usaha dakwah yang kreatif.

9. Pasar Baru

Ada satu daerah klasik yang menjadi rujukan wisatawan saat ingin berbelanja di wilayah Sawah Besar, Jakarta Pusat. Tempat tersebut adalah Passer Baroe, atau Pasar Baru, salah satu pusat perdagangan tertua di Jakarta.

Pasar Baru terkenal akan produk tekstilnya. Beragam barang fashion, seperti pakaian, tas, dan sepatu, bisa dengan mudah ditemui di sini, harganya pun terjangkau. Kawasan ini juga disebut sebagai India Kecil, karena ditempati oleh banyak pedagang keturunan India.

Pusat perbelanjaan yang dibangun oleh VOC ini buka mulai pukul 9 pagi hingga 6 sore. Jika baru pertama kali berkunjung, pastikan Anda punya banyak waktu untuk mengelilinginya. Area pasar ini cukup luas, dan usahakan tidak terburu berbelanja di satu toko. Bandingkan harga barang di satu toko dengan lainnya. Di sini, kemampuan tawar menawar Anda akan diuji dengan keras.

10. Bakmi Gang Kelinci

Bukan cuma tekstil, Pasar Baru juga dikenal karena menjadi tempat bernaungnya salah satu jajanan favorit warga Jakarta, yaitu Bakmi Gang Kelinci.  Restoran dengan interior bergaya 90-an ini buka setiap hari mulai pagi hingga jam 9 malam.

Berawal dari gerobak, kini gerai kuliner ini sudah memiliki banyak cabang di seantero Jakarta. Menu unggulannya adalah aneka masakan mi yang diolah dengan resep rahasia. Di antaranya bakmi pangsit, bakmi cah jamur, bakmi ayam saus tomat, bakmi cah daging sapi, dan masih banyak lagi. Selain itu, restoran ini juga menyajikan berbagai jenis nasi goreng, bakso, siomay, serta aneka minuman.

Anda bisa menikmatinya tanpa merogoh kocek terlalu dalam. Harga makanan dan minuman di Bakmi Gang Kelinci berkisar antara Rp10.000,00 hingga Rp60 ribuan. Alamatnya di Jl. Kelinci Raya No. 1-3, Jakarta Pusat.

11. Rumah Makan Medan Baru

Satu lagi jajaran wisata kuliner yang patut dicoba di kawasan Pasar Baru, yaitu Rumah Makan Medan Baru. Kalau tadi Anda disuguhi masakan oriental di Gang Kelinci, Medan Baru menyajikan menu khas makanan Minang dan melayu.

Gulai kepala ikan, burung punai goreng, dan asam udang ganja adalah menu-menu unggulan di rumah makan ini. Rumah makan Medan Baru tergolong mewah dengan kisaran harga menu yang bervariasi. Anda bisa mencicipi gulai kepala ikan seharga seratus ribuan, atau burung punai goreng yang dibanderol seharga Rp20 ribu saja.

Rumah makan Medan Baru bisa Anda temukan di Jalan Krekot Bunder Raya No. 65, Jakarta Pusat.

12. Pasar Tanah Abang

Jika Anda suka berburu barang-barang fashion terbaru dengan harga murah, Pasar Tanah Abang tempatnya. Pusat perbelanjaan berukuran super besar ini telah berdiri sejak abad ke-18, diprakarsai oleh seorang konglomerat Belanda, Yustinus Vinck.

Pasar Tanah Abang terbagi dalam beberapa blok, dengan blok A dan B yang berada di bangunan utama setinggi 8 lantai. Kios-kios pakaian serta aksesoris terdapat di lantai 1 hingga 6. Sedangkan lantai 8 dipergunakan untuk foodcourt.

Selayaknya pusat grosir pada umumnya, pusat fashion terbesar se-Asia Tenggara ini selalu penuh sesak terutama pada hari libur dan akhir pekan. Jadi sebaiknya Anda membuat catatan belanja terlebih dahulu. Harga barang juga masih bisa ditawar. Biasanya, jika Anda membeli barang dalam jumlah banyak, harganya akan semakin murah.

Pasar Tanah Abang terletak di daerah Kampung Bali, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Dekat dengan Stasiun Tanah Abang dan Stadion Gelora Bung Karno. 

13. Pasar Senen

Satu lagi pusat grosir terkemuka di kawasan Jakarta Pusat, yaitu Pasar Senen. Pusat grosir Pasar Senen berada dekat dengan Stasiun Pasar Senen. Stasiun tersebut tentunya sudah tidak asing lagi bagi Anda yang suka bepergian ke Jakarta naik kereta api.

Jika Pasar Tanah Abang menjual barang fashion terbaru,  Pasar Senen merupakan pusat baju bekas. Pasar tertua di Jakarta ini adalah lokasi favorit para fashion blogger untuk berburu baju-baju unik yang sulit ditemui, tentunya dengan harga bersahabat.

Seperti pasar tradisional lainnya, di sini Anda juga bisa melakukan tawar menawar. Jangan takut dengan tampang penjual yang sangar karena itu hanyalah trik mereka untuk mengintimidasi Anda agar membeli.

14. Plaza Indonesia

Selepas berkeliling di pasar tradisional, tidak ada salahnya mencoba peruntungan di pasar modern. Plaza Indonesia bisa menjadi pilihan saat Anda ingin berbelanja dengan nyaman tanpa berdesakan dengan calon pembeli lainnya.

Mal yang berdiri pada tahun 1990 ini merupakan kompleks pertokoan menengah ke atas. Anda bisa menemukan outlet fashion branded, seperti DKNY, Versace, dan Tissot. Tidak ketinggalan restoran mewah, serta gerai jajanan populer macam Baskin Robbins dan kafe De Excelso.

Gedung yang beralamat di Jl. MH. Thamrin Kav. 28-30 ini juga dilengkapi dengan perkantoran, hotel, serta apartemen.

Salah satu spot menarik di Plaza Indonesia adalah Miniapolis, yaitu sebuah taman bermain anak yang modern. Terdapat beberapa wahana permainan khusus untuk balita dan anak usia 3 tahun ke atas.

15. Sarinah

Surga belanja di Jakarta Pusat selanjutnya adalah Sarinah Departement Store. Shopaholic yang datang ke Jakarta wajib berkunjung ke tempat ini.

Sarinah adalah mal tertua di Indonesia yang pembangunannya digagas oleh presiden pertama RI, Ir. Soekarno. Sempat menjadi pencakar langit pertama di Jakarta, Sarinah juga terkenal karena memperdagangkan barang-barang kerajinan lokal bermutu tinggi.

Anda bisa mendapatkan batik terbaik buatan produsen lokal yang berkualitas dengan harga relatif terjangkau. Bung Karno memang sengaja membangun Sarinah untuk memperkenalkan dan memasarkan produk-produk lokal.

Sarinah berlokasi di pusat Jakarta, tepatnya Jalan MH. Thamrin yang merupakan kawasan perkantoran dan bisnis. Anda bisa mengunjunginya jika ingin belanja atau bercengkerama dengan kolega di kafe, seperti yang biasa dilakukan anak muda Jakarta.

Kawasan Sarinah dilalui beberapa angkutan umum, seperti Kopaja P19 Ragunan-Tanah Abang, Metro Mini S640 dan S604, Transjakarta Koridor 1 jurusan Blok M, dan sebagainya. Jika Anda menggunakan Transjakarta, pastikan Anda turun di Halte Sarinah agar lebih gampang.

16. Taman Situ Lembang

Jika sedang ada di kawasan Menteng, Anda bisa melepas lelah sejenak di Taman Situ Lembang. Karena terletak di daerah elite, tidak ada angkutan umum yang menuju ke sini. Taman ini hanya bisa diakses dengan kendaraan pribadi. Atau menggunakan KRL dengan turun di Stasiun Cikini, untuk selanjutnya berjalan kaki dengan jarak sekitar 1 kilometer.

Taman Situ Lembang buka setiap hari dan tidak dikenakan tarif khusus untuk memasukinya. Memancing, piknik, atau bermain, silakan Anda pilih sendiri aktivitas yang disukai.

Taman Situ Lembang cocok untuk bersantai di tengah panasnya udara Kota Jakarta. Daya tarik utamanya terletak pada danau alami yang cukup luas dengan air mancur di tengahnya.

17. Taman Suropati

Menteng seperti oase di tengah gurun Jakarta. Di kawasan tersebut terdapat dua taman kota. Selain Situ Lembang, taman kota di daerah Menteng adalah Taman Suropati.

Salah satu taman tertua di Jakarta ini terletak di antara Jl. Diponegoro, Jl. Imam Bonjol, dan Jl. Teuku Umar. Seperti halnya Taman Situ Lembang, akses kendaraan umum menuju Taman Suropati juga cukup sulit. Stasiun KRL terdekat adalah Cikini. Setelah turun di stasiun tersebut, Anda harus berjalan kaki melewati pasar barang bekas Jl. Surabaya. Setengah kilometer dari situ barulah Anda bisa menemukan Taman Suropati.

Meski aksesnya tidak mudah, Taman Suropati tetap didatangi banyak orang, terutama pada malam hari. Pada hari-hari tertentu pengunjung bisa menikmati hiburan dari komunitas musik Taman Suropati tanpa dipungut biaya.

18. Taman Lapangan Banteng

Di kawasan Pasar Baru, ada satu tempat yang cocok bagi Anda yang ingin menghindari terik panas Kota Jakarta. Tempat tersebut adalah Lapangan Banteng. Untuk menuju ke sana Anda bisa memilih bus Transjakarta ke arah Harmony, selanjutnya turun di Halte Deplu atau Halte Istiqlal. 

Tempat ini dulunya adalah sebuah lapangan tempat kerbau berkubang. Oleh karena itu, Gubernur Jenderal Hindia Belanda William Daendels menyebutnya sebagai Lapangan Banteng.

Saat ini, Taman Lapangan Banteng sedang mengalami revitalisasi. Revitalisasi akan membagi taman menjadi 3 area, yaitu area Pembebasan Irian Barat, area olahraga, dan area taman. Selain itu Pemprov DKI juga membangun teater mini yang bisa digunakan untuk menggelar berbagai kegiatan, misalnya konser musik. Apabila berjalan lancar, Lapangan Banteng akan dibuka kembali pada September 2017 nanti.

19. Taman Menteng

Dulunya adalah bangunan stadion yang disulap menjadi lokasi refreshing untuk warga Jakarta. Taman Menteng menempati luas 30 hektare dan dihuni oleh sekitar 30 spesies tumbuhan yang berbeda.

Tidak seperti di tempat lain, Taman Menteng justru semakin ramai pada malam hari. Warga Jakarta biasa memanfaatkannya untuk nongkrong sambil bercengkerama bersama keluarga. Lapangan futsal dan jogging track juga tersedia untuk mereka yang gemar berolahraga.

Taman Menteng dibuka setiap hari dan bebas biaya masuk. Lokasinya mudah dijangkau. Jika menggunakan kendaraan pribadi, silakan mengambil arah ke Jl. HOS Cokroaminoto, Jakarta Pusat, untuk menuju lokasi. Atau naik busway jurusan Lebak Bulus dan turun di Halte Taman Menteng. 

20. Jalan Jaksa

Masih di kawasan Menteng, kali ini di Kelurahan Kebon Sirih, tepatnya di Jalan Jaksa. Jalan Jaksa menjadi tujuan favorit para backpacker. Karena selain mudah mendapatkan akomodasi yang murah, kawasan ini juga relatif aman, terutama bagi yang baru pertama kali menginjakkan kaki di ibu kota.

Mirip seperti daerah Bukit Bintang di Kuala Lumpur atau Clarke Quay di Singapura, Jalan Jaksa juga didatangi banyak turis mancanegara. Deretan penginapan murah, kafe, rumah makan, dan hiburan malam berdiri di sisi kiri kanan jalan sepanjang 400 meter ini.

Jika Anda berminat berkunjung ke sana, cukup gunakan angkutan umum Transjakarta koridor I dan turun di Halte Sarinah. Kemudian Anda bisa naik ojek atau bajaj dengan biaya sekitar Rp10.000,00.

21. Taman Ismail Marzuki

Taman Ismail Marzuki berbeda dengan taman pada umumnya. Di sini Anda tidak akan menemukan tempat nongkrong di bawah pohon rindang, melainkan beberapa wahana seni dan pendidikan.

Nama taman yang satu ini diambil dari nama seorang komposer kebanggaan Indonesia. Dan sesuai dengan namanya, Taman Ismail Marzuki merupakan pusat kesenian dan edukasi. Di dalamnya terdapat gedung pertunjukan musik dan teater (Teater Besar dan Teater Kecil), galeri seni (Galeri Bhakti Budaya, Galeri Cipta II, dan III), perpustakaan, bioskop XXI, Gedung Wayang Orang Bharata, Gedung Kesenian Jakarta, Gedung Kesenian Miss Tjitjih, dan wahana Planetarium yang paling digemari.

Setiap wahana memiliki waktu operasinya sendiri-sendiri. Sebagian besar buka pada hari Senin-Jumat pukul 07.30 hingga 16.00, kecuali jika sedang ada pertunjukan.

Untuk bisa sampai ke TIM, Anda harus mengarahkan kendaraan Anda menuju kawasan Cikini Raya. Jika menggunakan angkutan umum, Anda harus memilih, antara lain Metromini 17 jurusan Pasar Senen, Kopaja 20 Senen dan 502 jurusan Tanah Abang. Pilihan lain jatuh pada bus Transjakarta jurusan Lebak Bulus dan turun di Halter Taman Ismail Marzuki.

22. Soto Betawi H. Maruf

Setelah asyik menikmati pertunjukan seni di Taman Ismail Marzuki, pasti Anda merasa lapar. Dan tempat makan yang paling direkomendasikan adalah Soto Betawi H. Maruf, sekitar 350 meter dari TIM di Cikini.

Warung legendaris ini menyajikan menu soto betawi dan sate kambing. Soto betawi menggunakan daging dan jeroan sapi yang digoreng kering. Untuk menikmatinya, Anda cukup merogoh kantong sebesar Rp 26 ribu saja. Rumah makan yang berdiri sejak tahun 1940 ini buka setiap hari mulai jam 9 pagi hingga 10 malam.

23. Bentara Budaya

Objek wisata edukasi berikutnya ada di Jl. Palmerah Selatan, yakni Museum Bentara Budaya. Museum ini memiliki ratusan koleksi benda-benda seni dan budaya. Mulai dari lukisan karya maestro Basuki Abdullah dan Bagong Kussudiardjo, keramik peninggalan dinasti China, mebel, sampai patung-patung khas dari seluruh wilayah nusantara.

Museum yang didirikan oleh pimpinan Kompas Gramedia Grup ini beroperasi setiap Senin sampai Jumat, jam 08.00-17.00. Anda bisa memasukinya tanpa dipungut biaya. Bagi penikmat seni dan sejarah, objek wisata ini cocok untuk Anda.

Jl. Palmerah Selatan dilalui oleh angkutan umum berwarna biru muda nomor M09, M09A, dan M11. Jika sebelumnya naik Transjakarta, pastikan Anda turun di Halte Slipi dan lanjutkan menggunakan angkot tadi. Kalau tidak mau ribet, lebih baik gunakan jasa ojek atau taksi online.

24. Bundaran HI

Bundaran HI berada di depan Hotel Indonesia, di persimpangan Jl. MH. Thamrin, Jl. Imam Bonjol, Jl. Sutan Syahrir, dan Jl. Kebon Kacang. Cukup mudah dijangkau karena dilalui jalur bus Transjakarta koridor I, yaitu jurusan Blok M – Jakarta Kota.

Ciri khasnya berupa kolam dan air mancur. Tugu Selamat Datang yang dibangun oleh Presiden Soekarno untuk menyambut tamu atlet Asian Games IV 1962 juga berdiri di sini. Anda bisa berselfie ria di tempat ini, sambil duduk-duduk santai di pinggir kolam renang.

Setiap hari Minggu, car free day Jakarta digelar di kawasan ini. Sejak era reformasi sampai sekarang, Bundaran HI menjadi spot paling populer untuk unjuk rasa.

25. Galeri Nasional

Bagi penyuka seni, Galeri Nasional mungkin sudah tidak asing lagi di telinga. Galeri kesenian milik pemerintah ini menyimpan berbagai karya seni rupa, baik lokal maupun mancanegara.

Lukisan, patung, pahatan, hingga seni instalasi dipamerkan setiap hari di galeri ini. Ada pula agenda pameran yang hadir pada waktu-waktu tertentu untuk menambah semaraknya koleksi karya seni Galeri Nasional.

Galeri Nasional tentu saja hanya menampilkan karya-karya esensial. Sejumlah lukisan karya Raden Saleh dan Basuki Abdullah terpampang di museum ini. Anda pun bisa mengabadikannya dalam foto, atau hanya untuk sekadar selfie.

Galeri Nasional beralamat di Jl. Merdeka Timur No. 14, dekat dengan Masjid Istiqlal, Katedral Jakarta, dan Monas. Jika Anda berangkat dari Bandung mengendarai kereta, pemberhentian terakhir adalah di Stasiun Gambir, yang berada tepat di seberang galeri. Daerah tersebut juga dilewati oleh bus Transjakarta jurusan Pulo Gadung dan jurusan Pasar Senen. 

Jam kunjungan ke Galeri Nasional dimulai pada pukul 08.00 dan berakhir pada sore hari jam 16.00. Kecuali hari Senin dan libur nasional, Anda bisa mendatanginya tanpa membayar sepeser pun.

26. Pecenongan

Kawasan Pecenongan juga merupakan destinasi wisata kuliner terfavorit di Jakarta Pusat selain Pasar Baru. Sejak tahun 70an lokasi ini selalu menjadi rujukan wisatawan saat ingin mengisi perut.

Di sepanjang jalan berdiri sejumlah restoran dan warung kaki lima. Masing-masing dengan sajian khasnya yang menggugah selera. Yang paling populer di antaranya adalah martabak Pecenongan 65A, bubur Kwang Tung, restoran Sinar Medan, ayam bakar Cianjur, dan masih banyak lagi. Bisa dipastikan lidah Anda akan bergoyang ketika menyantap menu-menu lezat di Pecenongan ini.

Pedagang makanan di Pecenongan umumnya buka mulai jam 5 sore. Oleh karenanya orang biasa menyebutnya dengan kuliner malam Pecenongan.

Untuk menjangkaunya, sarana transportasi yang paling mudah dan murah adalah menggunakan Transjakarta. Bus Transjakarta koridor II dan III berhenti di Stasiun BRT Pecenongan, dekat dengan pusat kuliner malam tersebut.

27. Ragusa Es Krim

Toko es krim Ragusa telah berdiri sejak tahun 1932 dan didirikan oleh dua saudara kandung berkebangsaan Italia yang sempat menetap di Jakarta. Dari sekian banyak cabang, kini hanya tersisa 3 kedai Ragusa, salah satunya di Jl. Veteran No. 10, Gambir, Jakarta Pusat.

Produk Ragusa dibuat dari susu sapi segar dan tidak seperti es krim kebanyakan. Inilah yang membuatnya tetap digemari sampai sekarang. Anda bisa mencicipinya dengan merogoh kocek maksimal Rp35.000,00 saja. Kedai ini juga buka setiap hari pada pukul 09.30 sampai 23.00.

Kedai Ragusa terletak di dekat halte busway Juanda yang dilalui Transjakarta koridor II jurusan Harmoni dan koridor III jurusan Pasar Baru. Stasiun Juanda yang dilalui KRL dari arah Bekasi, Bogor, dan Tangerang juga berada di seberang kedai es krim Ragusa. Jadi tidak sulit untuk menemukannya.

28. Istana Merdeka

Istana Merdeka yang ada di Jakarta merupakan rumah bagi Presiden untuk bekerja atau menjamu tamu-tamu negara. Lalu apa sih bagusnya sebagai salah satu lokasi wisata di Jakarta Pusat? Yuk, coba jalan-jalan ke Istana Merdeka.

Istana Merdeka berada di kompleks Istana Kepresidenan, tepatnya di Jalan Merdeka Utara, Jakarta. Di dalam kompleks tersebut berjajar berbagai bangunan megah seperti Istana Negara, Masjid Baiturrahman, Wisma Negara, dan Kantor Presiden. Buat yang belum paham, ternyata di Istana Merdeka ada fasilitas tur khusus buat wisatawan lho. Namanya Istura atau Istana untuk Rakyat dan kabarnya tur ini tidak dipungut biaya.

Dari situ, Anda akan diajak berkeliling menikmati berbagai layanan Istana sekaligus benda-benda bersejarah yang menjadi simbol Negara Indonesia.

Anda yang sangat ingin berkunjung ke Istana Negara, bisa melakukannya pada hari Sabtu dan Minggu mulai pukul 09.00-16.00. Tenang saja, Anda tidak akan dikenakan biaya masuk. Cukup dengan menunjukkan KTP atau SIM, atau tanda pengenal lain yang valid. Atau bisa juga membawa surat permohonan kunjungan yang bisa didaftarkan pada saat kunjungan.

Lokasinya yang berada di jantung Kota Jakarta Pusat, membuat Istana Merdeka sangat mudah dijangkau. Bila Anda sedang berkunjung ke Monumen Nasional, langsung saja jalan kaki ke arah Jalan Istana Merdeka sekitar 10 menit.

29. Fun World Grand Indonesia

Fun World Grand Indonesia adalah surga bermain buat anak-anak dan menjadi destinasi utama ketika liburan sekolah tiba. Terletak di lantai 3A East Mall, Grand Indonesia Shopping Town, Fun World Grand Indonesia Craniville menghadirkan 10 wahana favorit. Antara lain Sky-A-Round, Magic Bike, Jumping Star, Jump Around, Berry Wheel, Rio Grande Train, Merry-Go-Round, Canoe River, Mini Scooter, dan Softplay Playground.

Arena bermain yang cukup luas tentunya melegakan bagi para pengunjung. Di samping itu, dekorasinya pun juga apik berbalut warna-warni cerita anak. Untuk bisa naik ke tiap arena bermain, Anda harus menyiapkan member card yang bisa diregistrasikan ketika masuk pintu gerbang wahana.

Dijamin, anak-anak akan sangat bahagia dengan paket serba ada yang ditawarkan oleh Fun World Grand Indonesia ini.

Untuk menuju lokasi, sebenarnya ada banyak rute angkutan umum yang bisa diambil, tapi mungkin lumayan ribet. Misalkan Anda dari Harmoni Central Busway, tunggulah bus di koridor 9B Pinang Ranti menuju 9-11b Gatot Subroto Slipi.

Lalu teruskan untuk berjalan kaki menuju Medika Plaza dan ambil jalur bus AC05B menuju Bekasi Square. Dari sini, jalan kaki lagi ke Jalan Raya Pekayon 2A untuk mengambil bus K26A Lia Galaxy dan barulah menuju Jalan Pakis Raya 1 yang sudah dekat lokasi Fun World Grand Galaxi Park.

30. Newseum Café

Sekilas melihat Newseum Cafe, bukan sebuah warung minuman atau mungkin kedai kopi yang terlihat dengan banyak penikmat kopi di dalamnya, tapi justru mirip dengan sebuah toko buku!

Newseum Cafe memang bukan sekadar warung penjaja kopi, tapi juga museum mini yang di dalamnya tersimpan berbagai benda-benda sejarah zaman Kemerdekaan Indonesia. Di sebuah sudut dinding, terpampang foto-foto yang bercerita tentang Indonesia Menggugat identik dengan Presiden Soekarno.

Di belahan dinding lain, Anda juga bisa menemukan foto-foto tokoh dunia, artikel-artikel koran, dan benda-benda bernilai historis lainnya. Berdasarkan beberapa referensi, ruangan di bagian belakang juga dijadikan museum jurnalistik yang menyimpan berbagai arsip seperti karya tokoh pers pertama Indonesia, Tirtoadisuryo dan Marco Kartodikromo, dokumentasi riset 100 tahun pers Indonesia tahun 1907-2007.

Ada juga arsip halaman depan 365 pers terpilih, biografi 100 tokoh pers Indonesia, serta kronik catatan pers hari demi hari Indonesia selama 100 tahun (1908 - 2008).

Lokasi Newseum yang berada di Jalan Veteran I No.33 ini bisa dibilang berada di dekat lingkaran kekuasan, karena tak jauh dari sana berdiri gedung Mahkamah Agung, Gedung Sekretariat Negara, Istana Negara, Monumen Nasional, dan Masjid Istiqlal. Jika Anda sedang berada di Monas, Anda hanya perlu berjalan kaki saja sekitar 17 menit untuk menjangkau kafe ini.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel