30 Tempat Wisata Terbaik di Jakarta Pusat Yang Direkomendasikan Untuk Liburan Anda
Selasa, 09 Oktober 2018
Edit
Sebagai kota
terkecil sekaligus terpadat di Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Pusat mempunyai
daya tarik tersendiri dalam bidang pariwisata. Jakarta Pusat merupakan salah
satu kota dengan sejarah panjang di Indonesia. Oleh karena itu, di kota ini
berdiri banyak tempat-tempat bersejarah. Baik peninggalan penjajah Belanda,
maupun yang sengaja dibangun pemerintah pascakemerdekaan.
Daya tarik
tersebut bukanlah satu-satunya. Destinasi wisata di kota terkecil di DKI
Jakarta cukup banyak dan bervariasi. Perlu meluangkan banyak waktu untuk bisa
mendatanginya satu per satu. Jika Anda berencana berkunjung ke sana, daftar
objek wisata di Jakarta Pusat berikut bisa menjadi pedoman.
1. Monumen
Nasional
Monumen
Nasional, atau sering disebut dengan Monas, adalah monumen setinggi 132 meter
yang menjadi simbol kejayaan Negara Indonesia. Presiden pertama Indonesia, Ir.
Soekarno, memelopori pembangunannya pada tahun 1961.
Lokasinya berada
tepat di tengah Lapangan Medan Merdeka, di seberang Istana Negara, Jakarta
Pusat, dan dibuka untuk umum sejak 12 Juli 1975. Objek wisata sejarah yang satu
ini beroperasi mulai pukul 08.00 – 15.00 setiap hari, kecuali Hari Senin
terakhir pada setiap bulannya.
Lokasi Monas
paling mudah dijangkau dengan menggunakan KRL. Jika datang dari arah Bekasi,
Bogor, Depok, atau Tangerang, Anda perlu melanjutkan perjalanan menuju Stasiun
Gondangdia. Jarak Monas dari stasiun ini hanya sekitar 1 kilometer.
Sedangkan untuk
pengguna Transjakarta, pastikan bus yang Anda tumpangi melewati halte Central
Harmony karena jalur tersebut pasti akan berhenti sejenak di Halte Monas.
Monas terbagi
atas beberapa area, yaitu halaman depan, bagian dalam, dan puncak monumen.
Halaman depannya berhiaskan relief-relief sejarah Indonesia. Di bagian dalam
terdapat Museum Sejarah Indonesia, yang juga berisikan diorama tentang
perjalanan sejarah Bangsa Indonesia. Kemudian ada Ruang Kemerdekaan, yaitu
ruangan berbentuk amphitheatre yang dihiasi lambang Garuda Pancasila berlapis
emas dan naskah asli Teks Proklamasi pada dindingnya.
Area terakhir
adalah pelataran puncak yang paling diminati pengunjung. Saat berada di atas,
Anda bisa menyaksikan pemandangan luasnya Kota Jakarta. Di sini juga terdapat
Api Kemerdekaan, yaitu nyala obor yang terbuat dari perunggu berlapis emas
setinggi 14 meter. Konon jika dilihat dari kantor presiden, lidah api ini
tampak menyerupai seorang wanita sedang duduk bersimpuh.
2. Masjid
Istiqlal
Masjid terbesar
se-Asia Tenggara ini berada di sebelah timur laut Lapangan Medan Merdeka,
Jakarta Pusat. Dibangun pada area seluas 9,32 hektare di bekas Taman Wilhelmina
milik pemerintah kolonial.
Jika datang dari
Bandara Soekarno-Hatta, Anda bisa naik Damri dan turun di Stasiun Gambir.
Dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh kira-kira 500 meter.
Kereta dari arah
Bandung juga turun di Stasiun Gambir. Sedangkan dari arah Bekasi, Tangerang,
Bogor, dan sekitarnya, Anda bisa menggunakan KRL dan turun di Stasiun Juanda.
Jika menumpang
busway, Anda bisa langsung turun di Halte Masjid Istiqlal. Bus Transjakarta yang
melewati halte tersebut antara lain yang berangkat dari Terminal Pulo Gadung
dan Tanjung Priok. Tapi kalau Anda datang dari arah Terminal Kalideres, Kampung
Rambutan, dan Lebak Bulus, pastikan Anda turun di Halte Juanda untuk
selanjutnya menyeberang jalan ke Masjid Istiqlal.
Sebagai tempat
ibadah, Masjid Istiqlal bisa menampung hingga 200 ribu jemaah. Masjid nasional
ini menjadi pusat kegiatan perayaan hari besar agama Islam, seperti Idulfitri
dan Iduladha, Isra Mikraj, dan peringatan lainnya.
Masjid Istiqlal
juga dibuka untuk kegiatan pariwisata. Baik pengunjung muslim maupun nonmuslim
dipersilakan mendatanginya. Hanya saja, pengunjung wajib mengenakan pakaian
yang sopan saat memasuki area masjid. Selain tempat ibadah, masjid ini memiliki
perpustakaan Islam, sarana olahraga dan kesehatan, serta madrasah.
3. Gereja
Katedral
Selain masjid,
terdapat satu objek wisata religi lain di Jakarta Pusat, yaitu Gereja Katedral.
Lokasinya tidak jauh dari Masjid Istiqlal, tepatnya di Jalan Katedral No. 7. Untuk
menjangkaunya, Anda bisa naik KRL dan turun di Stasiun Juanda atau dengan bus
Transjakarta dan turun di halte Masjid Istiqlal atau Juanda.
Tempat ibadah
umat Katolik ini bernama asli Katedral Santa Maria Pelindung Yang Diangkat Ke
Surga. Bangunannya pernah dipergunakan sebagai kantor departemen pertahanan
Hindia Belanda, sebelum peristiwa kebakaran menghancurkannya pada sekitar tahun
1826. Pada tahun 1993, Katedral Jakarta diresmikan sebagai bangunan cagar
budaya oleh Pemerintah Indonesia.
Arsitekturnya
bergaya neo-gotik, dengan interior khas Eropa klasik mempercantik bagian
dalamnya. Selain dipergunakan sebagai tempat ibadah, gereja ini juga dibuka
untuk umum setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat, pukul 10 sampai 12 siang. Di
dalamnya terdapat Museum Katedral yang menyajikan koleksi bersejarah tentang
penyebaran Agama Katolik di Indonesia.
4. Museum Gajah
Sebenarnya nama
asli museum ini adalah Museum Nasional Indonesia. Disebut Museum Gajah karena
di bagian depannya terdapat patung gajah berukuran besar, hadiah dari Raja
Thailand, Chulalongkorn, pada tahun 1871.
Museum terbesar
di Asia Tenggara ini mempunyai sekitar 140 ribu koleksi benda bersejarah. Mulai
dari benda-benda purbakala, artefak dan naskah kuno, arca-arca, hingga benda
cagar budaya dari seluruh wilayah Indonesia. Semuanya dipajang dalam beberapa
galeri, seperti galeri arkeologi, prasejarah, keramik, etnografi, geografi,
numistik-heraldik, dan galeri sejarah.
Anda bisa
menyaksikan koleksi-koleksi Museum Gajah yang buka setiap hari pada jam kerja,
kecuali Senin dan hari libur nasional. Pihak pengelola mewajibkan pengunjung
untuk membeli tiket masuk seharga Rp2.000,00 untuk anak-anak, dan Rp5.000,00
untuk dewasa.
Museum Gajah
terletak di Jalan Medan Merdeka Barat No. 12. Jika datang dari arah Jakarta
Utara, Jakarta Barat, atau Jakarta Timur, Anda bisa naik busway jurusan
Harmony, lalu oper ke koridor jurusan Blok M dan turun di halte Monas.
5. Gedung
Kebangkitan Nasional
Bangunan
bersejarah ini adalah gedung peninggalan Belanda yang menjadi saksi awal
pergerakan modern pemuda Indonesia. Karenanya, gedung eks sekolah kedokteran
STOVIA ini diresmikan sebagai Gedung Kebangkitan Nasional oleh Presiden ke-2
RI, Soeharto, pada 20 Mei 1974.
Kompleks gedung
ini terdiri dari 2 bagian. Bagian pertama merupakan Museum Kebangkitan
Nasional, dengan sejumlah koleksi foto, diorama, maket, lukisan, replika, dan
peralatan perang. Ruangan Memorial Boedi Oetomo, perpustakaan, serta ruangan
peninggalan STOVIA yang memamerkan berbagai koleksi pendidikan kedokteran,
terdapat di bagian lain dari gedung.
Gedung
Kebangkitan Nasional beralamat di Jl. Dr. Abdul Rachman Saleh No. 26, Jakpus.
Buka setiap hari Selasa-Jumat pada jam 08.30-15.00, dan Sabtu-Minggu pukul
08.00-14.00. Pada hari Senin dan libur nasional, museum ini tidak beroperasi.
6. Tugu Proklamasi
Pada 17 Agustus
72 tahun yang lalu, Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di
lokasi yang dulunya bernama Jl. Pegangsaan Timur No. 56 ini (sekarang menjadi
Jl. Proklamasi). Sesuai dengan namanya, Tugu Proklamasi dibangun untuk
memperingati peristiwa tersebut.
Tugu Proklamasi
juga disebut dengan Tugu Petir, karena terdapat tiang dengan puncak berbentuk
petir. Tiang ini biasa digunakan untuk mengibarkan bendera merah putih saat
upacara. Di sekelilingnya terdapat taman bunga dan Gedung Semesta.
Pengunjung biasa
memanfaatkan taman ini untuk duduk-duduk dan olahraga. Tempat ini juga menjadi
pusat peringatan hari kemerdekaan RI dengan berbagai aktivitas, mulai dari
upacara bendera, lomba-lomba, hingga pentas seni.
7. Klenteng Sin
Tek Bo
Satu lagi objek
wisata religi yang terdapat di Jakarta Pusat, yaitu Klenteng Sin Tek Bo. Tempat
ibadah warga Tionghoa ini beralamat di Jalan Pasar Baru Dalam.
Akses menuju
tempat ini terbilang cukup sulit karena terletak di balik sebuah gang kecil.
Papan penanda berukuran kecil di muka gang pun tidak banyak membantu. Saat
memasuki gang tersebut Anda akan menemukan pagoda merah bertingkat empat, dan
di situlah Klenteng Sin Tek Bo berada.
Ada satu hal
yang unik di tempat ibadah yang didirikan pada tahun 1812, tepatnya di altar
Kwan Im. Berbeda dengan klenteng lain, di sini terdapat dua patung tokoh agama
nonTionghoa, yaitu Eyang Djugo dan Eyang Sudjo. Keduanya adalah keturunan
Pangeran Diponegoro yang melarikan diri ke Jawa Timur dan menjadi guru
spiritual kaum Tionghoa.
8. Masjid Cut
Meutia
Selain Istiqlal,
Masjid Cut Meutia juga merupakan bangunan bersejarah. Masjid ini dulunya kantor
biro arsitek Gondangdia dan Markas Angkatan Laut Jepang, sebelum dimanfaatkan
sebagai Kantor Urusan Agama pada 1964-1970. Oleh karena itu, bangunan yang
berada di Jalan Cut Meutia No. 1 ini tidak memiliki kubah dan menara seperti
masjid kebanyakan.
Masjid ini buka
selama 24 jam pada bulan Ramadan. Pengajian rutin diadakan sehabis salat magrib
setiap harinya. Bahkan pengelola masjid juga menggelar festival musik Ramadan
Jazz setiap tahunnya. Sebuah usaha dakwah yang kreatif.
9. Pasar Baru
Ada satu daerah
klasik yang menjadi rujukan wisatawan saat ingin berbelanja di wilayah Sawah
Besar, Jakarta Pusat. Tempat tersebut adalah Passer Baroe, atau Pasar Baru,
salah satu pusat perdagangan tertua di Jakarta.
Pasar Baru
terkenal akan produk tekstilnya. Beragam barang fashion, seperti pakaian, tas,
dan sepatu, bisa dengan mudah ditemui di sini, harganya pun terjangkau. Kawasan
ini juga disebut sebagai India Kecil, karena ditempati oleh banyak pedagang
keturunan India.
Pusat
perbelanjaan yang dibangun oleh VOC ini buka mulai pukul 9 pagi hingga 6 sore.
Jika baru pertama kali berkunjung, pastikan Anda punya banyak waktu untuk
mengelilinginya. Area pasar ini cukup luas, dan usahakan tidak terburu
berbelanja di satu toko. Bandingkan harga barang di satu toko dengan lainnya.
Di sini, kemampuan tawar menawar Anda akan diuji dengan keras.
10. Bakmi Gang
Kelinci
Bukan cuma
tekstil, Pasar Baru juga dikenal karena menjadi tempat bernaungnya salah satu
jajanan favorit warga Jakarta, yaitu Bakmi Gang Kelinci. Restoran dengan interior bergaya 90-an ini
buka setiap hari mulai pagi hingga jam 9 malam.
Berawal dari
gerobak, kini gerai kuliner ini sudah memiliki banyak cabang di seantero
Jakarta. Menu unggulannya adalah aneka masakan mi yang diolah dengan resep
rahasia. Di antaranya bakmi pangsit, bakmi cah jamur, bakmi ayam saus tomat,
bakmi cah daging sapi, dan masih banyak lagi. Selain itu, restoran ini juga
menyajikan berbagai jenis nasi goreng, bakso, siomay, serta aneka minuman.
Anda bisa
menikmatinya tanpa merogoh kocek terlalu dalam. Harga makanan dan minuman di
Bakmi Gang Kelinci berkisar antara Rp10.000,00 hingga Rp60 ribuan. Alamatnya di
Jl. Kelinci Raya No. 1-3, Jakarta Pusat.
11. Rumah Makan
Medan Baru
Satu lagi jajaran
wisata kuliner yang patut dicoba di kawasan Pasar Baru, yaitu Rumah Makan Medan
Baru. Kalau tadi Anda disuguhi masakan oriental di Gang Kelinci, Medan Baru
menyajikan menu khas makanan Minang dan melayu.
Gulai kepala
ikan, burung punai goreng, dan asam udang ganja adalah menu-menu unggulan di
rumah makan ini. Rumah makan Medan Baru tergolong mewah dengan kisaran harga
menu yang bervariasi. Anda bisa mencicipi gulai kepala ikan seharga seratus
ribuan, atau burung punai goreng yang dibanderol seharga Rp20 ribu saja.
Rumah makan
Medan Baru bisa Anda temukan di Jalan Krekot Bunder Raya No. 65, Jakarta Pusat.
12. Pasar Tanah
Abang
Jika Anda suka
berburu barang-barang fashion terbaru dengan harga murah, Pasar Tanah Abang
tempatnya. Pusat perbelanjaan berukuran super besar ini telah berdiri sejak
abad ke-18, diprakarsai oleh seorang konglomerat Belanda, Yustinus Vinck.
Pasar Tanah
Abang terbagi dalam beberapa blok, dengan blok A dan B yang berada di bangunan
utama setinggi 8 lantai. Kios-kios pakaian serta aksesoris terdapat di lantai 1
hingga 6. Sedangkan lantai 8 dipergunakan untuk foodcourt.
Selayaknya pusat
grosir pada umumnya, pusat fashion terbesar se-Asia Tenggara ini selalu penuh
sesak terutama pada hari libur dan akhir pekan. Jadi sebaiknya Anda membuat
catatan belanja terlebih dahulu. Harga barang juga masih bisa ditawar.
Biasanya, jika Anda membeli barang dalam jumlah banyak, harganya akan semakin
murah.
Pasar Tanah
Abang terletak di daerah Kampung Bali, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Dekat
dengan Stasiun Tanah Abang dan Stadion Gelora Bung Karno.
13. Pasar Senen
Satu lagi pusat
grosir terkemuka di kawasan Jakarta Pusat, yaitu Pasar Senen. Pusat grosir
Pasar Senen berada dekat dengan Stasiun Pasar Senen. Stasiun tersebut tentunya
sudah tidak asing lagi bagi Anda yang suka bepergian ke Jakarta naik kereta
api.
Jika Pasar Tanah
Abang menjual barang fashion terbaru,
Pasar Senen merupakan pusat baju bekas. Pasar tertua di Jakarta ini
adalah lokasi favorit para fashion blogger untuk berburu baju-baju unik yang
sulit ditemui, tentunya dengan harga bersahabat.
Seperti pasar
tradisional lainnya, di sini Anda juga bisa melakukan tawar menawar. Jangan
takut dengan tampang penjual yang sangar karena itu hanyalah trik mereka untuk
mengintimidasi Anda agar membeli.
14. Plaza
Indonesia
Selepas
berkeliling di pasar tradisional, tidak ada salahnya mencoba peruntungan di
pasar modern. Plaza Indonesia bisa menjadi pilihan saat Anda ingin berbelanja
dengan nyaman tanpa berdesakan dengan calon pembeli lainnya.
Mal yang berdiri
pada tahun 1990 ini merupakan kompleks pertokoan menengah ke atas. Anda bisa
menemukan outlet fashion branded, seperti DKNY, Versace, dan Tissot. Tidak
ketinggalan restoran mewah, serta gerai jajanan populer macam Baskin Robbins
dan kafe De Excelso.
Gedung yang
beralamat di Jl. MH. Thamrin Kav. 28-30 ini juga dilengkapi dengan perkantoran,
hotel, serta apartemen.
Salah satu spot
menarik di Plaza Indonesia adalah Miniapolis, yaitu sebuah taman bermain anak
yang modern. Terdapat beberapa wahana permainan khusus untuk balita dan anak
usia 3 tahun ke atas.
15. Sarinah
Surga belanja di
Jakarta Pusat selanjutnya adalah Sarinah Departement Store. Shopaholic yang
datang ke Jakarta wajib berkunjung ke tempat ini.
Sarinah adalah
mal tertua di Indonesia yang pembangunannya digagas oleh presiden pertama RI,
Ir. Soekarno. Sempat menjadi pencakar langit pertama di Jakarta, Sarinah juga
terkenal karena memperdagangkan barang-barang kerajinan lokal bermutu tinggi.
Anda bisa
mendapatkan batik terbaik buatan produsen lokal yang berkualitas dengan harga
relatif terjangkau. Bung Karno memang sengaja membangun Sarinah untuk
memperkenalkan dan memasarkan produk-produk lokal.
Sarinah
berlokasi di pusat Jakarta, tepatnya Jalan MH. Thamrin yang merupakan kawasan
perkantoran dan bisnis. Anda bisa mengunjunginya jika ingin belanja atau
bercengkerama dengan kolega di kafe, seperti yang biasa dilakukan anak muda
Jakarta.
Kawasan Sarinah
dilalui beberapa angkutan umum, seperti Kopaja P19 Ragunan-Tanah Abang, Metro
Mini S640 dan S604, Transjakarta Koridor 1 jurusan Blok M, dan sebagainya. Jika
Anda menggunakan Transjakarta, pastikan Anda turun di Halte Sarinah agar lebih
gampang.
16. Taman Situ
Lembang
Jika sedang ada
di kawasan Menteng, Anda bisa melepas lelah sejenak di Taman Situ Lembang.
Karena terletak di daerah elite, tidak ada angkutan umum yang menuju ke sini.
Taman ini hanya bisa diakses dengan kendaraan pribadi. Atau menggunakan KRL
dengan turun di Stasiun Cikini, untuk selanjutnya berjalan kaki dengan jarak
sekitar 1 kilometer.
Taman Situ
Lembang buka setiap hari dan tidak dikenakan tarif khusus untuk memasukinya.
Memancing, piknik, atau bermain, silakan Anda pilih sendiri aktivitas yang disukai.
Taman Situ
Lembang cocok untuk bersantai di tengah panasnya udara Kota Jakarta. Daya tarik
utamanya terletak pada danau alami yang cukup luas dengan air mancur di
tengahnya.
17. Taman
Suropati
Menteng seperti
oase di tengah gurun Jakarta. Di kawasan tersebut terdapat dua taman kota.
Selain Situ Lembang, taman kota di daerah Menteng adalah Taman Suropati.
Salah satu taman
tertua di Jakarta ini terletak di antara Jl. Diponegoro, Jl. Imam Bonjol, dan
Jl. Teuku Umar. Seperti halnya Taman Situ Lembang, akses kendaraan umum menuju
Taman Suropati juga cukup sulit. Stasiun KRL terdekat adalah Cikini. Setelah
turun di stasiun tersebut, Anda harus berjalan kaki melewati pasar barang bekas
Jl. Surabaya. Setengah kilometer dari situ barulah Anda bisa menemukan Taman
Suropati.
Meski aksesnya
tidak mudah, Taman Suropati tetap didatangi banyak orang, terutama pada malam
hari. Pada hari-hari tertentu pengunjung bisa menikmati hiburan dari komunitas
musik Taman Suropati tanpa dipungut biaya.
18. Taman
Lapangan Banteng
Di kawasan Pasar
Baru, ada satu tempat yang cocok bagi Anda yang ingin menghindari terik panas
Kota Jakarta. Tempat tersebut adalah Lapangan Banteng. Untuk menuju ke sana
Anda bisa memilih bus Transjakarta ke arah Harmony, selanjutnya turun di Halte
Deplu atau Halte Istiqlal.
Tempat ini
dulunya adalah sebuah lapangan tempat kerbau berkubang. Oleh karena itu,
Gubernur Jenderal Hindia Belanda William Daendels menyebutnya sebagai Lapangan
Banteng.
Saat ini, Taman
Lapangan Banteng sedang mengalami revitalisasi. Revitalisasi akan membagi taman
menjadi 3 area, yaitu area Pembebasan Irian Barat, area olahraga, dan area
taman. Selain itu Pemprov DKI juga membangun teater mini yang bisa digunakan
untuk menggelar berbagai kegiatan, misalnya konser musik. Apabila berjalan
lancar, Lapangan Banteng akan dibuka kembali pada September 2017 nanti.
19. Taman
Menteng
Dulunya adalah
bangunan stadion yang disulap menjadi lokasi refreshing untuk warga Jakarta.
Taman Menteng menempati luas 30 hektare dan dihuni oleh sekitar 30 spesies
tumbuhan yang berbeda.
Tidak seperti di
tempat lain, Taman Menteng justru semakin ramai pada malam hari. Warga Jakarta
biasa memanfaatkannya untuk nongkrong sambil bercengkerama bersama keluarga.
Lapangan futsal dan jogging track juga tersedia untuk mereka yang gemar
berolahraga.
Taman Menteng
dibuka setiap hari dan bebas biaya masuk. Lokasinya mudah dijangkau. Jika
menggunakan kendaraan pribadi, silakan mengambil arah ke Jl. HOS Cokroaminoto,
Jakarta Pusat, untuk menuju lokasi. Atau naik busway jurusan Lebak Bulus dan
turun di Halte Taman Menteng.
20. Jalan Jaksa
Masih di kawasan
Menteng, kali ini di Kelurahan Kebon Sirih, tepatnya di Jalan Jaksa. Jalan
Jaksa menjadi tujuan favorit para backpacker. Karena selain mudah mendapatkan
akomodasi yang murah, kawasan ini juga relatif aman, terutama bagi yang baru
pertama kali menginjakkan kaki di ibu kota.
Mirip seperti
daerah Bukit Bintang di Kuala Lumpur atau Clarke Quay di Singapura, Jalan Jaksa
juga didatangi banyak turis mancanegara. Deretan penginapan murah, kafe, rumah
makan, dan hiburan malam berdiri di sisi kiri kanan jalan sepanjang 400 meter
ini.
Jika Anda
berminat berkunjung ke sana, cukup gunakan angkutan umum Transjakarta koridor I
dan turun di Halte Sarinah. Kemudian Anda bisa naik ojek atau bajaj dengan
biaya sekitar Rp10.000,00.
21. Taman Ismail
Marzuki
Taman Ismail
Marzuki berbeda dengan taman pada umumnya. Di sini Anda tidak akan menemukan
tempat nongkrong di bawah pohon rindang, melainkan beberapa wahana seni dan
pendidikan.
Nama taman yang
satu ini diambil dari nama seorang komposer kebanggaan Indonesia. Dan sesuai
dengan namanya, Taman Ismail Marzuki merupakan pusat kesenian dan edukasi. Di
dalamnya terdapat gedung pertunjukan musik dan teater (Teater Besar dan Teater
Kecil), galeri seni (Galeri Bhakti Budaya, Galeri Cipta II, dan III),
perpustakaan, bioskop XXI, Gedung Wayang Orang Bharata, Gedung Kesenian
Jakarta, Gedung Kesenian Miss Tjitjih, dan wahana Planetarium yang paling
digemari.
Setiap wahana
memiliki waktu operasinya sendiri-sendiri. Sebagian besar buka pada hari
Senin-Jumat pukul 07.30 hingga 16.00, kecuali jika sedang ada pertunjukan.
Untuk bisa
sampai ke TIM, Anda harus mengarahkan kendaraan Anda menuju kawasan Cikini
Raya. Jika menggunakan angkutan umum, Anda harus memilih, antara lain Metromini
17 jurusan Pasar Senen, Kopaja 20 Senen dan 502 jurusan Tanah Abang. Pilihan
lain jatuh pada bus Transjakarta jurusan Lebak Bulus dan turun di Halter Taman
Ismail Marzuki.
22. Soto Betawi
H. Maruf
Setelah asyik
menikmati pertunjukan seni di Taman Ismail Marzuki, pasti Anda merasa lapar.
Dan tempat makan yang paling direkomendasikan adalah Soto Betawi H. Maruf,
sekitar 350 meter dari TIM di Cikini.
Warung
legendaris ini menyajikan menu soto betawi dan sate kambing. Soto betawi
menggunakan daging dan jeroan sapi yang digoreng kering. Untuk menikmatinya,
Anda cukup merogoh kantong sebesar Rp 26 ribu saja. Rumah makan yang berdiri
sejak tahun 1940 ini buka setiap hari mulai jam 9 pagi hingga 10 malam.
23. Bentara
Budaya
Objek wisata
edukasi berikutnya ada di Jl. Palmerah Selatan, yakni Museum Bentara Budaya.
Museum ini memiliki ratusan koleksi benda-benda seni dan budaya. Mulai dari
lukisan karya maestro Basuki Abdullah dan Bagong Kussudiardjo, keramik
peninggalan dinasti China, mebel, sampai patung-patung khas dari seluruh
wilayah nusantara.
Museum yang
didirikan oleh pimpinan Kompas Gramedia Grup ini beroperasi setiap Senin sampai
Jumat, jam 08.00-17.00. Anda bisa memasukinya tanpa dipungut biaya. Bagi
penikmat seni dan sejarah, objek wisata ini cocok untuk Anda.
Jl. Palmerah
Selatan dilalui oleh angkutan umum berwarna biru muda nomor M09, M09A, dan M11.
Jika sebelumnya naik Transjakarta, pastikan Anda turun di Halte Slipi dan
lanjutkan menggunakan angkot tadi. Kalau tidak mau ribet, lebih baik gunakan
jasa ojek atau taksi online.
24. Bundaran HI
Bundaran HI
berada di depan Hotel Indonesia, di persimpangan Jl. MH. Thamrin, Jl. Imam
Bonjol, Jl. Sutan Syahrir, dan Jl. Kebon Kacang. Cukup mudah dijangkau karena
dilalui jalur bus Transjakarta koridor I, yaitu jurusan Blok M – Jakarta Kota.
Ciri khasnya
berupa kolam dan air mancur. Tugu Selamat Datang yang dibangun oleh Presiden
Soekarno untuk menyambut tamu atlet Asian Games IV 1962 juga berdiri di sini.
Anda bisa berselfie ria di tempat ini, sambil duduk-duduk santai di pinggir
kolam renang.
Setiap hari
Minggu, car free day Jakarta digelar di kawasan ini. Sejak era reformasi sampai
sekarang, Bundaran HI menjadi spot paling populer untuk unjuk rasa.
25. Galeri
Nasional
Bagi penyuka
seni, Galeri Nasional mungkin sudah tidak asing lagi di telinga. Galeri
kesenian milik pemerintah ini menyimpan berbagai karya seni rupa, baik lokal
maupun mancanegara.
Lukisan, patung,
pahatan, hingga seni instalasi dipamerkan setiap hari di galeri ini. Ada pula
agenda pameran yang hadir pada waktu-waktu tertentu untuk menambah semaraknya
koleksi karya seni Galeri Nasional.
Galeri Nasional
tentu saja hanya menampilkan karya-karya esensial. Sejumlah lukisan karya Raden
Saleh dan Basuki Abdullah terpampang di museum ini. Anda pun bisa
mengabadikannya dalam foto, atau hanya untuk sekadar selfie.
Galeri Nasional
beralamat di Jl. Merdeka Timur No. 14, dekat dengan Masjid Istiqlal, Katedral
Jakarta, dan Monas. Jika Anda berangkat dari Bandung mengendarai kereta,
pemberhentian terakhir adalah di Stasiun Gambir, yang berada tepat di seberang
galeri. Daerah tersebut juga dilewati oleh bus Transjakarta jurusan Pulo Gadung
dan jurusan Pasar Senen.
Jam kunjungan ke
Galeri Nasional dimulai pada pukul 08.00 dan berakhir pada sore hari jam 16.00.
Kecuali hari Senin dan libur nasional, Anda bisa mendatanginya tanpa membayar
sepeser pun.
26. Pecenongan
Kawasan
Pecenongan juga merupakan destinasi wisata kuliner terfavorit di Jakarta Pusat
selain Pasar Baru. Sejak tahun 70an lokasi ini selalu menjadi rujukan wisatawan
saat ingin mengisi perut.
Di sepanjang
jalan berdiri sejumlah restoran dan warung kaki lima. Masing-masing dengan
sajian khasnya yang menggugah selera. Yang paling populer di antaranya adalah
martabak Pecenongan 65A, bubur Kwang Tung, restoran Sinar Medan, ayam bakar
Cianjur, dan masih banyak lagi. Bisa dipastikan lidah Anda akan bergoyang ketika
menyantap menu-menu lezat di Pecenongan ini.
Pedagang makanan
di Pecenongan umumnya buka mulai jam 5 sore. Oleh karenanya orang biasa
menyebutnya dengan kuliner malam Pecenongan.
Untuk
menjangkaunya, sarana transportasi yang paling mudah dan murah adalah
menggunakan Transjakarta. Bus Transjakarta koridor II dan III berhenti di
Stasiun BRT Pecenongan, dekat dengan pusat kuliner malam tersebut.
27. Ragusa Es
Krim
Toko es krim
Ragusa telah berdiri sejak tahun 1932 dan didirikan oleh dua saudara kandung
berkebangsaan Italia yang sempat menetap di Jakarta. Dari sekian banyak cabang,
kini hanya tersisa 3 kedai Ragusa, salah satunya di Jl. Veteran No. 10, Gambir,
Jakarta Pusat.
Produk Ragusa
dibuat dari susu sapi segar dan tidak seperti es krim kebanyakan. Inilah yang
membuatnya tetap digemari sampai sekarang. Anda bisa mencicipinya dengan
merogoh kocek maksimal Rp35.000,00 saja. Kedai ini juga buka setiap hari pada
pukul 09.30 sampai 23.00.
Kedai Ragusa
terletak di dekat halte busway Juanda yang dilalui Transjakarta koridor II
jurusan Harmoni dan koridor III jurusan Pasar Baru. Stasiun Juanda yang dilalui
KRL dari arah Bekasi, Bogor, dan Tangerang juga berada di seberang kedai es
krim Ragusa. Jadi tidak sulit untuk menemukannya.
28. Istana
Merdeka
Istana Merdeka
yang ada di Jakarta merupakan rumah bagi Presiden untuk bekerja atau menjamu
tamu-tamu negara. Lalu apa sih bagusnya sebagai salah satu lokasi wisata di
Jakarta Pusat? Yuk, coba jalan-jalan ke Istana Merdeka.
Istana Merdeka
berada di kompleks Istana Kepresidenan, tepatnya di Jalan Merdeka Utara,
Jakarta. Di dalam kompleks tersebut berjajar berbagai bangunan megah seperti
Istana Negara, Masjid Baiturrahman, Wisma Negara, dan Kantor Presiden. Buat
yang belum paham, ternyata di Istana Merdeka ada fasilitas tur khusus buat
wisatawan lho. Namanya Istura atau Istana untuk Rakyat dan kabarnya tur ini
tidak dipungut biaya.
Dari situ, Anda
akan diajak berkeliling menikmati berbagai layanan Istana sekaligus benda-benda
bersejarah yang menjadi simbol Negara Indonesia.
Anda yang sangat
ingin berkunjung ke Istana Negara, bisa melakukannya pada hari Sabtu dan Minggu
mulai pukul 09.00-16.00. Tenang saja, Anda tidak akan dikenakan biaya masuk.
Cukup dengan menunjukkan KTP atau SIM, atau tanda pengenal lain yang valid.
Atau bisa juga membawa surat permohonan kunjungan yang bisa didaftarkan pada
saat kunjungan.
Lokasinya yang
berada di jantung Kota Jakarta Pusat, membuat Istana Merdeka sangat mudah
dijangkau. Bila Anda sedang berkunjung ke Monumen Nasional, langsung saja jalan
kaki ke arah Jalan Istana Merdeka sekitar 10 menit.
29. Fun World
Grand Indonesia
Fun World Grand
Indonesia adalah surga bermain buat anak-anak dan menjadi destinasi utama
ketika liburan sekolah tiba. Terletak di lantai 3A East Mall, Grand Indonesia
Shopping Town, Fun World Grand Indonesia Craniville menghadirkan 10 wahana
favorit. Antara lain Sky-A-Round, Magic Bike, Jumping Star, Jump Around, Berry
Wheel, Rio Grande Train, Merry-Go-Round, Canoe River, Mini Scooter, dan
Softplay Playground.
Arena bermain
yang cukup luas tentunya melegakan bagi para pengunjung. Di samping itu,
dekorasinya pun juga apik berbalut warna-warni cerita anak. Untuk bisa naik ke
tiap arena bermain, Anda harus menyiapkan member card yang bisa diregistrasikan
ketika masuk pintu gerbang wahana.
Dijamin,
anak-anak akan sangat bahagia dengan paket serba ada yang ditawarkan oleh Fun
World Grand Indonesia ini.
Untuk menuju
lokasi, sebenarnya ada banyak rute angkutan umum yang bisa diambil, tapi
mungkin lumayan ribet. Misalkan Anda dari Harmoni Central Busway, tunggulah bus
di koridor 9B Pinang Ranti menuju 9-11b Gatot Subroto Slipi.
Lalu teruskan
untuk berjalan kaki menuju Medika Plaza dan ambil jalur bus AC05B menuju Bekasi
Square. Dari sini, jalan kaki lagi ke Jalan Raya Pekayon 2A untuk mengambil bus
K26A Lia Galaxy dan barulah menuju Jalan Pakis Raya 1 yang sudah dekat lokasi
Fun World Grand Galaxi Park.
30. Newseum Café
Sekilas melihat
Newseum Cafe, bukan sebuah warung minuman atau mungkin kedai kopi yang terlihat
dengan banyak penikmat kopi di dalamnya, tapi justru mirip dengan sebuah toko
buku!
Newseum Cafe
memang bukan sekadar warung penjaja kopi, tapi juga museum mini yang di
dalamnya tersimpan berbagai benda-benda sejarah zaman Kemerdekaan Indonesia. Di
sebuah sudut dinding, terpampang foto-foto yang bercerita tentang Indonesia
Menggugat identik dengan Presiden Soekarno.
Di belahan
dinding lain, Anda juga bisa menemukan foto-foto tokoh dunia, artikel-artikel
koran, dan benda-benda bernilai historis lainnya. Berdasarkan beberapa
referensi, ruangan di bagian belakang juga dijadikan museum jurnalistik yang
menyimpan berbagai arsip seperti karya tokoh pers pertama Indonesia,
Tirtoadisuryo dan Marco Kartodikromo, dokumentasi riset 100 tahun pers
Indonesia tahun 1907-2007.
Ada juga arsip
halaman depan 365 pers terpilih, biografi 100 tokoh pers Indonesia, serta
kronik catatan pers hari demi hari Indonesia selama 100 tahun (1908 - 2008).
Lokasi Newseum
yang berada di Jalan Veteran I No.33 ini bisa dibilang berada di dekat
lingkaran kekuasan, karena tak jauh dari sana berdiri gedung Mahkamah Agung,
Gedung Sekretariat Negara, Istana Negara, Monumen Nasional, dan Masjid
Istiqlal. Jika Anda sedang berada di Monas, Anda hanya perlu berjalan kaki saja
sekitar 17 menit untuk menjangkau kafe ini.