30 Tempat Wisata Terbaik di Jakarta Barat Yang Direkomendasikan Untuk Liburan Anda


Dengan jargon Enjoy Jakarta, orang yang datang ke provinsi ini diajak untuk menikmati semua hal yang ada di kota metropolitan. DKI Jakarta sendiri memiliki 5 kota administrasi dan satu kabupaten yang masing-masingnya memiliki potensi wisata yang cukup besar. Salah satunya adalah Kota Administrasi Jakarta Barat.

Kota yang berbatasan langsung dengan Provinsi Banten ini ternyata memiliki banyak sekali tempat-tempat wisata menarik dan layak untuk dikunjungi. Kebanyakan, lokasi wisata di Jakarta Barat merupakan tempat-tempat bersejarah.

Wisata di Jakarta Barat

Dulunya, Jakarta Barat memang menjadi pusat pemerintahan VOC, tidak heran jika di tempat ini kita dapat dengan mudah menemukan bangunan-bangunan peninggalan masa kolonial. Bukan hanya wisata sejarah, Jakarta Barat juga memiliki beberapa lokasi wisata religi, wisata belanja, dan tentunya wisata kuliner. Simak ulasan lengkap mengenai tempat wisata di Jakarta Barat di bawah ini.

1. Kawasan Kota Tua

Kawasan Kota Tua Jakarta ini dulunya merupakan pusat pemerintahan Kota Batavia. Di sini dibangun balai kota yang juga berfungsi sebagai kantor Gubernur Jenderal VOC.

Kota tua mendiami wilayah seluas 1,3 km2. Kawasan ini juga melintasi daerah Jakarta Barat dan Jakarta Utara. Sebagai pusat perdagangan pada masa lalu, daerah ini pernah dijuluki sebagai “Ratu dari Timur” oleh para pelayar Eropa.

Saat ini, status Kota Tua Jakarta sudah menjadi cagar budaya. Penetapan tersebut berdasarkan dekret dari Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin pada tahun 1972. Dengan adanya dekret tersebut, bangunan-bangunan bersejarah yang masih tersisa di sana menjadi lebih terjaga.

Area kota tua menjadi salah satu tempat rekreasi alternatif. Setiap akhir pekan, apalagi saat malam hari, kawasan ini selalu ramai dipadati pengunjung. Di tempat ini terdapat juga beberapa lokasi wisata yang menjadi favorit para wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Untuk menjangkau tempat ini, pengunjung dapat menggunakan bus Transjakarta koridor 1 atau KRL jurusan Bogor-Jakarta Kota.

2. Museum Fatahillah

Gedung bekas balai kota dan kantor Gubernur Jenderal Batavia ini sekarang menjadi Museum Fatahillah atau Museum Sejarah Jakarta. Lokasinya berada di Jalan Taman Fatahillah No. 1, Jakarta Barat.

Museum ini menjadi landmark paling terkenal di kawasan Kota Tua. Persis di depan museum ini, terdapat pelataran yang cukup luas yang dinamakan Lapangan Fatahillah. Di tempat tersebut biasanya para wisatawan berkumpul untuk berfoto dan bersepeda.

Museum Fatahillah terdiri dari 3 lantai. Di lantai bawahnya terdapat benda-benda peninggalan VOC yang terdiri dari keramik, patung, gerabah, prasasti dan benda antik lainnya. Ada juga barang-barang peninggalan dari suku betawi. Di lantai dua disimpan berbagai perabotan-perabotan yang pernah digunakan oleh orang Belanda, seperti lukisan dan tempat tidur.

Terakhir adalah ruang bawah tanah yang digunakan sebagai penjara bagi orang-orang yang memberontak terhadap VOC. Museum buka setiap hari, kecuali hari Senin dan hari libur nasional. Untuk memasuki museum, pengunjung harus membayar tiket seharga Rp2.000.

3. Museum Bank Indonesia

Bangunan museum yang terletak di Jalan Pintu Besar Utara No. 3, Jakarta Barat ini juga termasuk ke dalam bangunan cagar budaya yang dilindungi. Gedung yang dibangun pada tahun 1828 ini merupakan peninggalan dari De Javasche Bank dan merupakan awal bermulanya Bank Indonesia.

Museum Bank Indonesia baru diresmikan pada 21 Juli 2009 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan memuat berbagai informasi seputar peranan Bank Indonesia terhadap Bangsa Indonesia, mulai dari kedatangan orang-orang Eropa hingga terbentuknya Bank Indonesia di tahun 1953.

Informasi yang disajikan di tempat ini terbilang canggih karena menggunakan teknologi media terbaru, seperti panel statistik, display elektronik, diorama, dan televisi layar datar. Hal ini tentunya membuat pengunjung museum lebih nyaman dalam mengakses setiap informasi yang disediakan.

Museum buka setiap hari, kecuali hari Senin dan hari libur nasional. Pengunjung tidak dimintai biaya tiket untuk dapat masuk ke dalam museum.

4. Museum Wayang

Masih berada di seputar Kota Tua Jakarta, lokasi wisata selanjutnya adalah Museum Wayang Jakarta. Berada di Jalan Pintu Besar No. 27, Jakarta Barat, Museum Wayang dulunya merupakan Gereja Lama Belanda atau disebut juga dengan De Oude Hollandsche Kerk.

Gedung ini dibangun pada tahun 1640. Adapun pada tahun 1808 gedung gereja tersebut hancur akibat terjadi gempa bumi. Selanjutnya, dibangunlah gedung baru yang difungsikan sebagai museum dan diresmikan pada 13 Agustus 1975. Walaupun merupakan bangunan baru, sisa-sisa bangunan gereja masih dapat ditemukan di tempat ini.

Ada sekitar 4.000-an wayang berbagai bentuk—dari dalam negeri maupun mancanegara—yang dikoleksi oleh pihak museum. Di tempat ini, setiap 2 kali dalam sebulan digelar pertunjukan wayang untuk menghibur masyarakat dan para wisatwan.

Museum buka dari hari Selasa hingga Minggu. Hari Senin dan hari libur nasioal museum ditutup. Dikenakan tarif sebesar Rp5.000 bagi pengunjung dewasa, sedangkan anak di bawah 5 tahun gratis.

5. Museum Seni Rupa dan Keramik

Ada pula museum Seni Rupa dan Keramik di Kota Tua yang menempati gedung bekas pengadilan Hindia Belanda. Lokasinya ada di Jalan Pos Kota No. 2, Jakarta Barat. Bangunan ini juga pernah digunakan sebagai kantor Walikota Jakarta Barat pada tahun 1967-1973 yang selanjutnya diresmikan sebagai Balai Seni Rupa Jakarta.

Baru pada sekitar tahun 1990, tempat ini resmi menjadi Museum Seni Rupa dan Keramik. Tanggung jawab dan perawatan museum kini dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan permuseuman DKI Jakarta.

Koleksi yang tersedia di museum ini, di antaranya adalah 350 lukisan dan 1.350 jenis keramik. Koleksi yang ada, datang dari berbagai negara, seperti dari daerah Asia dan Eropa. Salah satu koleksi berharga yang ada di museum ini adalah keramik peninggalan Kerajaan Majapahit. Selain itu, ada pula koleksi lukisan dari para seniman asli Indonesia.

Harga tiket masuk di museum ini yaitu Rp2.000 untuk dewasa, Rp1.000 untuk Mahasiswa, dan Rp600 untuk anak-anak. Museum tutup pada hari Senin dan libur nasional.

6. Museum Bank Mandiri

Museum terakhir yang ada di kawasan Kota Tua Jakarta adalah Museum Bank Mandiri. Lokasi tepatnya berada di Jalan Lapangan Stasiun No. 1, Jakarta Barat.

Bangunan museum ini menempati gedung bekas Factorij Belanda atau Nederlandsche Handel-Maatschappij, sebuah perusahaan dagang Belanda yang kemudian berubah menjadi perusahaan yang bergerak di bidang perbankan. Museum ini terbentuk pada 2 Oktober 1998 dengan menempati bangunan seluas 10.039 m2.

Museum Bank Mandiri memamerkan berbagai macam koleksi peralatan perbankan zaman dahulu. Benda-benda antik yang dipajang, antara lain adalah mata uang kuno, surat berharga, brankas, dan lainnya. Daya tarik lain yang terdapat di museum ini adalah ornamen bangunan, interior, dan furnitur yang digunakan masih sama sejak didirikan.

Sama seperti museum lainnya, tempat ini juga tutup pada hari Senin dan hari libur nasional. Tiket masuknya sendiri sebesar Rp2.000 dan Rp1.000 untuk grup minimal 20 orang. Bagi pemegang kartu Mandiri, anak-anak, mahasiswa, dan pelajar tidak dikenakan biaya tiket masuk.

7. Toko Merah

Selain museum, bangunan bersejarah lain yang ada di kota tua adalah Toko Merah. Berada di Jalan Kali Besar Barat No. 7, Pinangsia, Tambora, Jakarta Barat,  sesuai dengan namanya, bangunan ini memang berwarna merah hati mencolok.

Dibangun oleh Gubernur Jenderal Gustaaf Willem baron van Imhoff pada tahun 1730 dan digunakan sebagai kediamannya. Rumah tersebut dibangun di atas tanah dengan luas 2.471 m2. Dinamakan Toko Merah karena sejak rumah tersebut dimiliki oleh Oey Liauw Kong, fungsinya menjadi sebuah toko.

Sebelum berubah menjadi toko, bangunan tersebut pernah dijadikan sebagai akademi angkatan laut Belanda. Pernah juga dijadikan sebagai hotel bagi para pejabat sebelum akhirnya berubah menjadi toko milik Oey Liaw Kong.

Status Toko Merah saat ini menjadi cagar budaya sesuai UU No. 5 Tahun 1992 dan SK Gubernur DKI Jakarta tahun 1993. Bangunan Toko Merah mulai direnovasi pada tahun 2012 dan sekarang berfungsi sebagai tempat pameran atau function hall.

8. Museum Tekstil

Museum Teksti lokasinya berada di Jalan Aipda K.S. Tubun No. 4, Petamburan, Jakarta Barat dan berbatasan dengan wilayah Jakarta Pusat, yaitu Tanah Abang. Sebelumnya, bangunan yang dibangun pada abad ke-19 ini dimiliki oleh orang Perancis kemudian dibeli oleh seorang konsul Turki.

Pada tahun 1952, bangunan ini dibeli oleh Departemen Sosial lalu diserahkan kepada Pemda Jakarta. Pada tanggal 28 Juni 1976, bangunan ini kemudian diresmikan sebagai Museum Tekstil oleh Ibu Tien Soeharto.

Di sini, pengunjung tidak hanya dapat melihat koleksi berbagai macam kain dari Indonesia saja, tetapi juga mengetahui dan belajar bagaimana proses produksinya. Contoh koleksi kain yang ada di museum ini adalah kain batik, jumput, tenun, dan baju kulit kayu. Jam operasional museum adalah Selasa-Minggu dan tutup pada hari Senin dan hari libur nasional. Harga tiket untuk dewasa Rp5.000, mahasiswa Rp3.000, dan pelajar/anak-anak Rp2.000.

9. Museum Trisakti

Dibangunnya museum ini untuk menghormati pejuang reformasi yang gugur pada waktu kerusuhan Mei tahun 1998. Empat mahasiswa Universitas Trisakti yang meninggal dalam kerusuhan tersebut adalah Elang Mulia Lesmana, Hafidhin Royan, Hendriawan Sie, dan Heri Hartanto. Museum berada di lobi gedung Dr. Syarief Thajeb, Kampus A, Universitas Trisakti atau di Jalan Kyai Tapa, Grogol, Jakarta Barat.

Koleksi yang ada di dalam museum di antaranya berisi diorama, barang-barang korban, dan foto yang menceritakan tentang kejadian kerusuhan pada waktu itu. Mulai dari aksi damai, orasi, penghalauan oleh polisi, sampai kepada tragedi penembakan. Terdapat pula puisi karya Taufiq Ismail yang dibuat sehari setelah peristiwa tersebut. Pengunjung yang datang ke tempat ini tidak dipungut biaya sama sekali.

10. Bentara Budaya Jakarta

Bentara Budaya Jakarta merupakan bagian dari lembaga kebudayaan harian Kompas. Bentara Budaya sendiri berdiri pertama kali pada 26 September 1982 di Yogyakarta. Alamatnya berada di Jalan Palmerah Selatan No. 17, RT 4/2, Palmerah, Jakarta Barat, persis di berada di belakang Pasar Palmerah.

Bangunan dari Bentara Budaya sangat mudah dikenali karena berupa bangunan rumah kayu khas Jawa yang sangat mencolok. Bentara Budaya juga memiliki koleksi lukisan lebih dari 500 buah dari para pelukis terkenal. Ada juga koleksi keramik dari berbagai daerah di Indonesia maupun mancanegara.

Setiap bulannya, Bentara Budaya Jakarta selalu menghadirkan acara-acara kesenian, pameran, dan pagelaran yang sayang untuk dilewatkan. Tempat ini buka setiap Senin sampai Jumat dan tutup pada hari libur. Biaya masuknya juga gratis.

11. Gedung Arsip Nasional

Gedung Arsip Nasional berada di Jalan Gajah Mada No. 111, Krukut, Tamansari, Jakarta Barat merupakan bangunan yang dulu pernah dijadikan sebagai tempat penyimpanan arsip-arsip nasional Negara Indonesia. Saat ini, penyimpanan arsip negara telah dipindahkan ke gedung yang berada di Jalan Ampera, Jakarta Selatan. Bangunan ini merupakan salah satu gedung tua yang bersejarah.

Gedung Arsip Nasional dibangun pada abad ke-18 sebagai tempat tinggal Gubernur Jenderal VOC Reinier de Klerck. Sempat digunakan sebagai kantor dari Departemen Pertambangan Belanda kemudian diubah menjadi gedung arsip.

Sampai Indonesia merdeka, gedung ini tetap digunakan sebagai tempat penyimpanan arsip oleh pemerintah Indonesia. Tahun 1979, pemindahan arsip nasional ke gedung yang baru selesai dilakukan.

Pemanfaatan gedung saat ini lebih banyak digunakan sebagai tempat pameran atau pagelaran acara tertentu. Gedung Arsip Nasional buka setiap hari, mulai pukul 08:00 hingga pukul 17:00 dan tidak dipungut biaya bagi pengunjung yang ingin masuk dan melihat-lihat.

12. Gedung Candra Naya

Gedung ini merupakan cagar budaya yang terbilang unik dan merupakan peninggalan seorang mayor berdarah Tionghoa. Alamatnya ada di Jalan Gajah Mada No. 188, Jakarta Barat, tetapi letaknya tidak persis di pinggir jalan raya. Lokasinya berada di dalam komplek superblok yang terdiri dari hotel dan pusat pebelanjaan.

Pemilik awal dari Gedung Candra Naya ini adalah Mayor Khouw Kim An, seorang mayor Tionghoa terakhir di Batavia. Gedung dengan arsitektur Tionghoa yang khas ini berdiri di lahan seluas 2.250 m2. Bangunan Gedung Candra Naya terdiri dari ruangan umum untuk menerima tamu, ruangan semi pribadi, ruangan pribadi, ruangan pelayan, dan halaman.

Desain atap melengkung dan kedua ujungnya terbelah dua milik gedung ini merupakan salah satu gaya khas bangunan Tionghoa yang disebut “Yanwei” atau ekor walet.

Awalnya, pemilik gedung yang baru berencana untuk merelokasikan gedung ini ke TMII, tetapi ide tersebut ditentang keras oleh Gubernur Sutiyoso dan para komunitas pencinta bangunan tua. Gedung Candra Naya beroperasi mulai pukul 08:00 hingga pukul 15:00.

13. Kawasan Pecinan Petak Sembilan Glodok

Bukan hanya di luar negeri saja yang memiliki kawasan pecinan atau Chinatown, Jakarta juga memiliki kawasan pecinanya sendiri. Tepatnya berada di Jalan Kemenangan III 13, Glodok, Tamansari, Jakarta Barat atau yang lebih sering disebut sebagai Pecinan Petak Sembilan Gldodok.

Di sepanjang jalan, kita dapat menemukan lampion-lampion merah yang tergantung, suasana menjadi persis seperti pada saat tahun baru Imlek. Sebagai pecinan, kawasan ini memang dihuni oleh mayoritas masyarakat Tionghoa.

Di sepanjang jalan kemenangan kita juga dapat menemukan aneka toko yang menjual peralatan sembahyang umat Buddha dan Konghucu. Ada juga pasar pecinan yang menjual berbagai macam makanan unik khas Tionghoa. Keunikan lainnya, antara pedagang dan pembeli berkomunikasi menggunakan bahasa Mandarin atau Hokkian membuat suasana pecinan semakin terasa di Petak Sembilan.

14. Jembatan Kota Intan

Jembatan Kota Intan terletak tidak jauh dari kawasan Kota Tua Jakarta. Lokasinya berada di Jalan Kali Besar Barat dan Jalan Kali Besar Timur, Jakarta Barat. Jembatan ini usianya sudah lebih dari 300 tahun dan dibangun oleh pemerintahan VOC pada tahun 1628. Sebagai salah satu bangunan bersejarah, Jembatan Kota Intan berada di dalam pengawasan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta.

Jembatan ini termasuk ke dalam jembatan jungkit Belanda. Dulunya, bagian mampu diangkat untuk memudahkan kapal-kapal yang berlayar melewati sungai. Sampai sekarang, Jembatan Kota Intan sudah beberapa kali mengalami pemugaran.

Pilihlah waktu malam hari ketika hendak berkunjung ke jembatan ini. Terdapat sistem lampu yang di pasang di bagian kanan dan kiri jembatan. Jembatan menjadi terlihat lebih indah dengan adanya lampu sorot pada malam hari.

15. Masjid Jami An-Nawier

Memulai wisata religi di Jakarta Barat dapat dilakukan dengan berkujung ke Masjid Jami An-Nawier yang terletak di Jalan Pekojan Raya No. 71, Jakarta Barat. Masjid ini menjadi salah satu masjid tertua yang masih berdiri di Jakarta. Dibangun pada tahun 1760, hingga saat ini masjid yang juga dikenal dengan nama Masjid Pekojan ini sudah beberapa kali direnovasi.

Masjid Jami An-Nawier memiliki menara yang menyerupai mercusuar setinggi 17 meter yang terletak di bagian belakang. Terdapat pula beberapa makam dari orang-orang yang berpengaruh dalam membangun dan mengembangkan masjid.

Untuk sampai ke tempat ini, dari depan Museum Bank Indonesia jalan lurus ke arah utara, akses jalannya cukup berkelok, Anda bisa bertanya kepada masyarakat setempat. Masjid tersebut berada di jalan Pengukiran.

16. Masjid Raya KH Hasyim Asyari

Dikenal dengan nama Masjid Raya Daan Mogot, Masjid Raya KH. Hasyim Asyari merupakan tempat peribadatan umat Islam yang baru diresmikan pada awal tahun 2017. Setelah diresmikan, masjid ini sempat menuai kontroversi karena bangunannya dikatakan mirip dengan salib. Padahal, gaya bangunan dan arsitekturnya didasarkan pada kebudayaan Betawi.

Menurut sang arsitek, masjid memiliki konsep keterbukaan, keragaman, dan keberagaman. Atap masjid yang tidak berkubah pada umunya terinspirasi dari rumah gaya Betawi yang memiliki ciri-ciri limasan dan pelana.

Selain sebagi tempat beribadah, Masjid Raya Daan Mogot ini juga bisa dijadikan sebagai obyek wisata religi. Lokasinya mudah dijangkau karena berada di dekat Jalan Daan Mogot. Jalanan tersebut juga sudah dilalui oleh Transjakarta koridor 3, Kalideres-Harmoni.

17. Gereja Sion

Gereja Sion merupakan gereja Portugis tertua yang ada di Jakarta. Peresmiannya, menurut sejarah, adalah pada tahun 1695. Bangunan ini merupakan salah satu bangunan tua di Jakarta yang peruntukannya masih tetap sama dari penggunaan awalnya. Gereja Sion sendiri sudah termasuk ke dalam cagar budaya berdasarkan SK Gubernur DKI Jakarta tahun 1972.

Nama asli dari gereja ini adalah Portugese Buitenkerk yang berarti gereja portugis di luar tembok kota. Bangunan ibadah umat protestan ini berada di Jalan Pangeran Jayakarta No. 1, Jakarta Barat. Jaraknya hanya sekitar 200 meter dari Stasiun Jakarta Kota dan menghadap ke arah Jalan Raya Mangga Dua. Nama gereja diambil dari kata Zion yang berarti kesucian di dalam hati.

Gereja Sion dibangun di atas 10.000 balok kayu bundar sebagai landasan. Perancang bangunannya bernama E. Ewout Verhagen dari Rotterdam, Belanda. Gereja dengan bentuk kotak dengan ukuran 24 x 32 meter ini mampu menampung hingga 1.000 jemaat. Di dalam gereja terdapat mimbar bergaya barok dan orgel atau organ seruling yang masih terawat dengan baik.

18. Kim Tek Ie

Dikenal juga sebagai Vihara Dharma Bhakti, Kim Tek le terletak di Jalan Kemenangan III, Petak Sembilan No. 9 RT 03/02, Glodok, Tamansari. Lokasinya berada di dalam kawasan pecinana Petak Sembilan, Glodok. Kim Tek Ie merupakan salah satu kelenteng tertua di Jakarta, setelah Kelenteng Ancol. Bangunan ini telah ada sejak tahun 1650 dan didirikan oleh Kwee Hoen, seorang letnan keturunan Tionghoa.

Nama Kime Tek Ie sempat dilarang digunakan sejak peristiwa tahun 1965. Oleh Dewan Wihara Indonesia, nama kelenteng ini berubah menjadi Wihara Dharma Bhakti. Daya tarik utama dari tempat ini adalah dijadikannya Kelenteng Kim Tek Ie sebagai pusat perayaan hari-hari besar Tionghoa. Salah satu acara yang terkenal diselenggarakan di tempat ini adalah Festival Cioko atau Festival Hantu Kelaparan.

19. RPTRA Jakarta Barat

RPTRA adalah singkatan dari Ruang Terbuka Publik Ramah Anak yaitu sebuah taman yang memiliki berbagai fasilitas bermain untuk anak-anak. RPTRA khusus dibangun di seluruh wilayah Provinsi DKI Jakarta. Di Jakarta Barat Sendiri, sudah ada 36 RPTRA dan akan dibangun sekitar 20 RPTRA lagi.

Konsep RPTRA sendiri merupakan ruang terbuka hijau yang berupa taman dan dilengkapi berbagai fasilitas pendukung, seperti taman bermain, perpustakaan, dan ruang laktasi. RPTRA dibangun di dekat pemukiman warga agar penggunaannya dapat lebih maksimal. RPTRA dibangun oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan menggunakan dana sumbangan CSR.

RPTRA bisa menjadi tempat wisata dan rekreasi alternatif, terutama bagi orang tua yang ingin mengajak anak-anaknya untuk bermain bersama. Beberapa RPTRA di Jakarta Barat, di antaranya terletak di daerah Cengkareng, Grogol, Kalideres, Kebon Jeruk, Kembangan, Palmerah, dan daerah-daerah lainnya. Ke depannya, diharapkan tiap-tiap Rukun Warga memiliki minimal satu RPTRA.

20. Hutan Kota Srengseng

Di tengah hiruk pikuk pembangunan kota metropolitan, sepertinya mustahil menemukan tempat yang sejuk dan asri. Ruang terbuka hijau memang tergolong sedikit ditemukan di wilayah Jakarta. Namun, siapa yang menyangka, jika terdapat sebuah hutan kota yang tersembunyi di wilayah Jakarta Barat.

Lokasinya berada di Jalan Haji Kelik RT 8/6, Srengseng, Kembangan, Jakarta Barat. Jaraknya hanya sekitar 1,5 km dari Jalan Raya Pos Pengumben. Saat melewati jalan tersebut, ada beberapa petunjuk jalan yang tepat menuntun hingga ke lokasi Hutan Kota Srengseng.

Hutan ini berfungsi sebagai daerah resapan air dan hutan konservasi dengan luas sekitar 15 hektare. Tempat ini cocok digunakan sebagai alternatif wisata alam di Jakarta Barat.

Memasuki hutan kota ini, pengunjung dikenakan tarif sebesar Rp1.000 dan biaya parkir Rp1.000 untuk motor, serta Rp2.000 untuk mobil. Di dalam area hutan, berjajar puluhan kios makanan dan minuman. Ada pula sarana rekreasi anak-anak. Di dalam hutan yang rimbun dan sejuk ini juga terdapat danau, panggung terbuka, dan tempat untuk panjat dinding.

21. Taman Cattleya

Sebelum marak dibangun RPTRA seperti sekarang ini, Jakarta Barat juga telah memiliki taman andalannya sendiri. Taman Cattleya atau biasa disebut dengan Taman Tomang. Taman ini berada di Jalan Letjen S. Parman, Tomang, Jakarta Barat, persisnya di dekat perempatan Tomang yang mengarah ke tol Kebon Jeruk. Selain menjadi sarana rekreasi bagi masyarakat sekitar, taman ini juga kerap dijadikan sebagai lokasi shooting.

Taman Cattleya memiliki fasilitas yang cukup memadai, sehingga membuat pengunjung merasa nyaman berlama-lama berada di tempat ini. Untuk mencapai ke lokasi taman, ada beberapa alternatif pilihan kendaraan yang dapat digunakan.

Bus/angkutan umum jurusan Cawang-Grogol pasti melewati taman ini. Anda hanya perlu minta untuk diturunkan di perempatan Tomang. Jika naik Transjakarta, Anda bisa turun di Halte Rumah Sakit Harapan Kita dan berjalan kaki 200 meter ke arah perempatan Tomang.

22. Tribeca Park

Di Jakarta Barat, taman tidak hanya berlokasi di luar ruangan saja. Ada juga taman dalam ruangan dan berada tepat di dalam sebuah mal megah. Disebut dengan nama Tribeca Park, taman ini berada di Jalan Letjen S. Parman No. 28, Tanjung Duren, Grogol atau tepatnya di dalam Mal Central Park Jakarta. Meskipun berada di dalam ruangan, taman ini memiliki luas sekitar 1,5 hektare.

Taman dalam mal ini memiliki koleksi tanaman yang cukup lengkap. Ada pohon-pohon rindang di bagian dalam sedangkan di bagian luarnya dipenuhi dengan berbagai macam tanaman hias.

Terdapat pula kolam-kolam yang berisi ikan koi dan kura-kura Brazil. Walaupun berada di dalam ruangan, kita masih dapat merasakan kesegaran dan kesejukan udara yang ada.

23. Jakarta Aquarium

Jakarta Aquarium termasuk ke dalam tempat wisata kekinian yang baru hadir di Jakarta. Lokasinya di pusat perbelanjaan Neo Soho, Jalan Letjen S. Parman No. 28, Tanjung Duren, Jakarta Barat, masih satu lokasi dengan Mal Central Park. Tempat ini juga merupakan area konservasi satwa air dan darat di Indonesia hasil kerjasama antara Taman Safari Indonesia dengan KLCC.

Tidak hanya menjadi tempat rekreasi dan bersenang-senang saja, lokasi ini juga dapat digunakan sebagai sarana belajar bagi anak-anak untuk lebih mengenal kehidupan binatang, khususnya binatang air.

Di Jakarta Aquarium, pengunjung dapat menikmati berbagai wahana rekreasi yang disediakan, seperti menyelam di tangki raksasa, seatrekking, hingga menikmati pertunjukan bawah laut.

Untuk mencapai lokasi ini, pengunjung bisa memanfaatkan layanan Transjakarta koridor 9, Pinang Ranti-Pluit, dan turun di Halte S. Parman Podomoro City. Bagi pengunjung yang naik kendaraan umum dari Cawang ke Grogol, bisa langsung turun di depan Central Park.

24. Sky Rink

Tidak perlu jauh-jauh ke luar negeri hanya untuk bisa bermain ice skating. Di Jakarta, kita juga bisa melakukan kegiatan tersebut sepuasnya. Sky Rink Jakarta yang berada di dalam Mal Taman Anggrek, Jalan Letjen S. Parman Kav. 21, Tanjung Duren Selatan, Grogol ini merupakan arena ice skating terluas di Asia Tenggara. Ice skating yang juga menjadi arena termegah di Asia ini memiliki luas mencapai 1.248 m2.

Tempat ini dibuka setiap hari dari pukul 09:00 hingga pukul 21:30. Biaya masuknya mulai dari Rp65.000 untuk hari biasa dan Rp85.000 untuk akhir pekan dan hari libur nasional. Selain menyediakan arena skating untuk umum, Sky Rink juga memiliki fasilitas sekolah skating dengan pelatih-pelatih profesional.

25. Wisata Belanja Asemka

Jakarta Barat juga dikenal memiliki berbagai tempat wisata belanja yang unik dan menarik. Salah satunya adalah Pasar Asemka yang berada di dekat kawasan Kota Tua Jakarta, di Jalan Petongkangan, Jakarta Barat. Persisnya berada di belakang Museum Bank Mandiri.

Pengunjung dapat menggunakan Transjakarta Koridor 1 atau KRL jurusan Bogor-Jakarta Kota sebagai alat transportasi umum yang dapat digunakan untuk menuju ke lokasi ini.

Pasar Asemka dikenal sebagai pusat grosir akseori, mainan anak, ATK, perlengkapan sekolah, perlengkapan pesta, suvenir pernikahan, dan lain-lainnya. Pasar Asemka juga dikenal sebagai Pasar Pagi. Untuk berbelanja di sini, kita disarankan untuk pandai menawar agar mendapatkan harga yang terbaik. Jangan lupa juga untuk melihat kondisi barang sebelum membelinya.

26. Pasar Bunga Rawabelong

Selain Pasar Asemka, Jakarta Barat juga memiliki Pasar Bunga Rawabelong sebagai salah satu wisata belanja unik lainnya. Pasar yang buka setiap hari selama 24 jam ini berada di Jalan Sulaiman, Sukabumi Utara, Jakarta Barat. Di pasar yang lokasinya juga berdekatan dengan Pasar Palmerah ini, kita dapat menemukan berbagai macam jenis bunga dengan harga yang bervariasi.

Mulai dari bunga untuk duka cita, karangan bunga, buket bunga, dan jenis bunga lainnya. Untuk bisa mencapai tempat ini, pengunjung dapat menggunakan angkutan umum berupa mikrolet M11 jurusan Tanah Abang-Meruya.

27. ITC Roxy Mas

ITC Roxy Mas menjadi tujuan utama masyarakat untuk membeli berbagai macam gadget terbaru. Pusat perbelanjaan yang berada di Jalan KH Hasyim Asyari, Cideng ini memang terkenal sebagai salah satu pusat penjualan elektronik terbesar.

Produk yang dijual dikenal memiliki harga yang cukup terjangkau dan lengkap. Pramuniaga yang ada juga tidak sungkan menjelaskan spesifikasi barang dan keunggulan produk yang dijualnya.

28. Kedai Abang Adek

Puas berkeliling dan berbelanja, saatnya menikmati jenis wisata lainnya di Jakarta Barat, yaitu wisata kuliner. Tidak hanya restoran dan rumah makan mewah, kota ini juga banyak memiliki tempat makan sederhana yang juga tidak kalah tersohor.

Salah satu lokasi kuliner menggugah selera dan menguji adrenalin adalah Kedai Abang Adek yang berada di Jalan Mandala Utara No. 8, Tomang, Grogol, belakang Rumah Sakit Sumber Waras.

Kedai ini terkenal dengan menu mie instannya yang memiliki cita rasa pedas berbagai level. Salah satu level terpedasnya menggunakan cabai hingga 100 buah. Bagi Anda yang ingin menguji adrenalin dengan memakan mie super pedas, langsung saja datang ke kedai yang buka setiap hari dari pukul 07:00 pagi hingga 02:00 dini hari ini.

29. Gado-Gado Direksi

Kuliner tradisional juga banyak ditemukan di Jakarta Barat. Salah satu kuliner tradisional yang sudah melegenda adalah Gado-Gado Direksi yang berada di Jalan Pintu Besar Selatan 2, Tamansari, Glodok. Dinamakan Gado-Gado Direksi karena dulu, warung makan ini selalu dikunjungi oleh direksi bank yang berkantor di sekitar lokasi warung.

Dibuka sejak tahun 1967, warung ini sekarang dikelola oleh generasi kedua. Satu porsi gado-gado lontong dihargai Rp30.000, harga yang cukup terjangkau untuk seporsi makanan yang melegenda.

30. Kopi Es Tak Kie

Lupakan sejenak kedai-kedai kopi modern yang sedang marak. Luangkan waktu untuk berkunjung ke kedai kopi kuno yang berada di Gang Gloria, Jalan Pintu Besar Selatan III, Tamansari, Glodok. Kedai tersebut bernama Kopi Es Tak Kie dan terletak satu lokasi dengan Gado-Gado Direksi dan kawasan pecinan Petak Sembilan. Kedai ini telah dibuka sejak atahun 1927.

Cobalah menu andalan dari kedai ini yang berupa es kopi dengan rasa yang sangat khas. Di sekitar kedai juga tersedia berbagai menu kuliner khas Tionghoa yang patut untuk dicicipi.

Berkunjung ke berbagai tempat wisata di Jakarta Barat tentunya semakin menambah kecintaan kita terhadap pariwisata Indonesia. Dari beberapa obyek wisata sejarah di atas, kita juga bisa belajar untuk lebih mengenal dan mengetahui betapa berharganya warisan sejarah dan masa lalu.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel