30 Tempat Wisata Terbaik di Jakarta Barat Yang Direkomendasikan Untuk Liburan Anda
Senin, 15 Oktober 2018
Edit
Dengan jargon
Enjoy Jakarta, orang yang datang ke provinsi ini diajak untuk menikmati semua
hal yang ada di kota metropolitan. DKI Jakarta sendiri memiliki 5 kota
administrasi dan satu kabupaten yang masing-masingnya memiliki potensi wisata
yang cukup besar. Salah satunya adalah Kota Administrasi Jakarta Barat.
Kota yang
berbatasan langsung dengan Provinsi Banten ini ternyata memiliki banyak sekali
tempat-tempat wisata menarik dan layak untuk dikunjungi. Kebanyakan, lokasi
wisata di Jakarta Barat merupakan tempat-tempat bersejarah.
Dulunya, Jakarta
Barat memang menjadi pusat pemerintahan VOC, tidak heran jika di tempat ini
kita dapat dengan mudah menemukan bangunan-bangunan peninggalan masa kolonial.
Bukan hanya wisata sejarah, Jakarta Barat juga memiliki beberapa lokasi wisata
religi, wisata belanja, dan tentunya wisata kuliner. Simak ulasan lengkap
mengenai tempat wisata di Jakarta Barat di bawah ini.
1. Kawasan Kota
Tua
Kawasan Kota Tua
Jakarta ini dulunya merupakan pusat pemerintahan Kota Batavia. Di sini dibangun
balai kota yang juga berfungsi sebagai kantor Gubernur Jenderal VOC.
Kota tua
mendiami wilayah seluas 1,3 km2. Kawasan ini juga melintasi daerah Jakarta
Barat dan Jakarta Utara. Sebagai pusat perdagangan pada masa lalu, daerah ini
pernah dijuluki sebagai “Ratu dari Timur” oleh para pelayar Eropa.
Saat ini, status
Kota Tua Jakarta sudah menjadi cagar budaya. Penetapan tersebut berdasarkan
dekret dari Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin pada tahun 1972. Dengan adanya
dekret tersebut, bangunan-bangunan bersejarah yang masih tersisa di sana
menjadi lebih terjaga.
Area kota tua
menjadi salah satu tempat rekreasi alternatif. Setiap akhir pekan, apalagi saat
malam hari, kawasan ini selalu ramai dipadati pengunjung. Di tempat ini
terdapat juga beberapa lokasi wisata yang menjadi favorit para wisatawan, baik
lokal maupun mancanegara. Untuk menjangkau tempat ini, pengunjung dapat
menggunakan bus Transjakarta koridor 1 atau KRL jurusan Bogor-Jakarta Kota.
2. Museum
Fatahillah
Gedung bekas
balai kota dan kantor Gubernur Jenderal Batavia ini sekarang menjadi Museum
Fatahillah atau Museum Sejarah Jakarta. Lokasinya berada di Jalan Taman
Fatahillah No. 1, Jakarta Barat.
Museum ini
menjadi landmark paling terkenal di kawasan Kota Tua. Persis di depan museum
ini, terdapat pelataran yang cukup luas yang dinamakan Lapangan Fatahillah. Di
tempat tersebut biasanya para wisatawan berkumpul untuk berfoto dan bersepeda.
Museum
Fatahillah terdiri dari 3 lantai. Di lantai bawahnya terdapat benda-benda
peninggalan VOC yang terdiri dari keramik, patung, gerabah, prasasti dan benda
antik lainnya. Ada juga barang-barang peninggalan dari suku betawi. Di lantai
dua disimpan berbagai perabotan-perabotan yang pernah digunakan oleh orang
Belanda, seperti lukisan dan tempat tidur.
Terakhir adalah
ruang bawah tanah yang digunakan sebagai penjara bagi orang-orang yang
memberontak terhadap VOC. Museum buka setiap hari, kecuali hari Senin dan hari
libur nasional. Untuk memasuki museum, pengunjung harus membayar tiket seharga
Rp2.000.
3. Museum Bank
Indonesia
Bangunan museum
yang terletak di Jalan Pintu Besar Utara No. 3, Jakarta Barat ini juga termasuk
ke dalam bangunan cagar budaya yang dilindungi. Gedung yang dibangun pada tahun
1828 ini merupakan peninggalan dari De Javasche Bank dan merupakan awal bermulanya
Bank Indonesia.
Museum Bank
Indonesia baru diresmikan pada 21 Juli 2009 oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono dan memuat berbagai informasi seputar peranan Bank Indonesia terhadap
Bangsa Indonesia, mulai dari kedatangan orang-orang Eropa hingga terbentuknya
Bank Indonesia di tahun 1953.
Informasi yang
disajikan di tempat ini terbilang canggih karena menggunakan teknologi media
terbaru, seperti panel statistik, display elektronik, diorama, dan televisi
layar datar. Hal ini tentunya membuat pengunjung museum lebih nyaman dalam
mengakses setiap informasi yang disediakan.
Museum buka
setiap hari, kecuali hari Senin dan hari libur nasional. Pengunjung tidak
dimintai biaya tiket untuk dapat masuk ke dalam museum.
4. Museum Wayang
Masih berada di
seputar Kota Tua Jakarta, lokasi wisata selanjutnya adalah Museum Wayang
Jakarta. Berada di Jalan Pintu Besar No. 27, Jakarta Barat, Museum Wayang
dulunya merupakan Gereja Lama Belanda atau disebut juga dengan De Oude
Hollandsche Kerk.
Gedung ini
dibangun pada tahun 1640. Adapun pada tahun 1808 gedung gereja tersebut hancur
akibat terjadi gempa bumi. Selanjutnya, dibangunlah gedung baru yang
difungsikan sebagai museum dan diresmikan pada 13 Agustus 1975. Walaupun
merupakan bangunan baru, sisa-sisa bangunan gereja masih dapat ditemukan di
tempat ini.
Ada sekitar
4.000-an wayang berbagai bentuk—dari dalam negeri maupun mancanegara—yang
dikoleksi oleh pihak museum. Di tempat ini, setiap 2 kali dalam sebulan digelar
pertunjukan wayang untuk menghibur masyarakat dan para wisatwan.
Museum buka dari
hari Selasa hingga Minggu. Hari Senin dan hari libur nasioal museum ditutup.
Dikenakan tarif sebesar Rp5.000 bagi pengunjung dewasa, sedangkan anak di bawah
5 tahun gratis.
5. Museum Seni
Rupa dan Keramik
Ada pula museum
Seni Rupa dan Keramik di Kota Tua yang menempati gedung bekas pengadilan Hindia
Belanda. Lokasinya ada di Jalan Pos Kota No. 2, Jakarta Barat. Bangunan ini
juga pernah digunakan sebagai kantor Walikota Jakarta Barat pada tahun
1967-1973 yang selanjutnya diresmikan sebagai Balai Seni Rupa Jakarta.
Baru pada
sekitar tahun 1990, tempat ini resmi menjadi Museum Seni Rupa dan Keramik.
Tanggung jawab dan perawatan museum kini dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan
permuseuman DKI Jakarta.
Koleksi yang
tersedia di museum ini, di antaranya adalah 350 lukisan dan 1.350 jenis
keramik. Koleksi yang ada, datang dari berbagai negara, seperti dari daerah
Asia dan Eropa. Salah satu koleksi berharga yang ada di museum ini adalah
keramik peninggalan Kerajaan Majapahit. Selain itu, ada pula koleksi lukisan
dari para seniman asli Indonesia.
Harga tiket
masuk di museum ini yaitu Rp2.000 untuk dewasa, Rp1.000 untuk Mahasiswa, dan
Rp600 untuk anak-anak. Museum tutup pada hari Senin dan libur nasional.
6. Museum Bank
Mandiri
Museum terakhir
yang ada di kawasan Kota Tua Jakarta adalah Museum Bank Mandiri. Lokasi
tepatnya berada di Jalan Lapangan Stasiun No. 1, Jakarta Barat.
Bangunan museum
ini menempati gedung bekas Factorij Belanda atau Nederlandsche
Handel-Maatschappij, sebuah perusahaan dagang Belanda yang kemudian berubah
menjadi perusahaan yang bergerak di bidang perbankan. Museum ini terbentuk pada
2 Oktober 1998 dengan menempati bangunan seluas 10.039 m2.
Museum Bank
Mandiri memamerkan berbagai macam koleksi peralatan perbankan zaman dahulu.
Benda-benda antik yang dipajang, antara lain adalah mata uang kuno, surat
berharga, brankas, dan lainnya. Daya tarik lain yang terdapat di museum ini
adalah ornamen bangunan, interior, dan furnitur yang digunakan masih sama sejak
didirikan.
Sama seperti
museum lainnya, tempat ini juga tutup pada hari Senin dan hari libur nasional.
Tiket masuknya sendiri sebesar Rp2.000 dan Rp1.000 untuk grup minimal 20 orang.
Bagi pemegang kartu Mandiri, anak-anak, mahasiswa, dan pelajar tidak dikenakan
biaya tiket masuk.
7. Toko Merah
Selain museum,
bangunan bersejarah lain yang ada di kota tua adalah Toko Merah. Berada di
Jalan Kali Besar Barat No. 7, Pinangsia, Tambora, Jakarta Barat, sesuai dengan namanya, bangunan ini memang
berwarna merah hati mencolok.
Dibangun oleh
Gubernur Jenderal Gustaaf Willem baron van Imhoff pada tahun 1730 dan digunakan
sebagai kediamannya. Rumah tersebut dibangun di atas tanah dengan luas 2.471
m2. Dinamakan Toko Merah karena sejak rumah tersebut dimiliki oleh Oey Liauw
Kong, fungsinya menjadi sebuah toko.
Sebelum berubah
menjadi toko, bangunan tersebut pernah dijadikan sebagai akademi angkatan laut
Belanda. Pernah juga dijadikan sebagai hotel bagi para pejabat sebelum akhirnya
berubah menjadi toko milik Oey Liaw Kong.
Status Toko
Merah saat ini menjadi cagar budaya sesuai UU No. 5 Tahun 1992 dan SK Gubernur
DKI Jakarta tahun 1993. Bangunan Toko Merah mulai direnovasi pada tahun 2012
dan sekarang berfungsi sebagai tempat pameran atau function hall.
8. Museum Tekstil
Museum Teksti
lokasinya berada di Jalan Aipda K.S. Tubun No. 4, Petamburan, Jakarta Barat dan
berbatasan dengan wilayah Jakarta Pusat, yaitu Tanah Abang. Sebelumnya,
bangunan yang dibangun pada abad ke-19 ini dimiliki oleh orang Perancis
kemudian dibeli oleh seorang konsul Turki.
Pada tahun 1952,
bangunan ini dibeli oleh Departemen Sosial lalu diserahkan kepada Pemda
Jakarta. Pada tanggal 28 Juni 1976, bangunan ini kemudian diresmikan sebagai
Museum Tekstil oleh Ibu Tien Soeharto.
Di sini, pengunjung
tidak hanya dapat melihat koleksi berbagai macam kain dari Indonesia saja,
tetapi juga mengetahui dan belajar bagaimana proses produksinya. Contoh koleksi
kain yang ada di museum ini adalah kain batik, jumput, tenun, dan baju kulit
kayu. Jam operasional museum adalah Selasa-Minggu dan tutup pada hari Senin dan
hari libur nasional. Harga tiket untuk dewasa Rp5.000, mahasiswa Rp3.000, dan
pelajar/anak-anak Rp2.000.
9. Museum
Trisakti
Dibangunnya
museum ini untuk menghormati pejuang reformasi yang gugur pada waktu kerusuhan
Mei tahun 1998. Empat mahasiswa Universitas Trisakti yang meninggal dalam
kerusuhan tersebut adalah Elang Mulia Lesmana, Hafidhin Royan, Hendriawan Sie,
dan Heri Hartanto. Museum berada di lobi gedung Dr. Syarief Thajeb, Kampus A,
Universitas Trisakti atau di Jalan Kyai Tapa, Grogol, Jakarta Barat.
Koleksi yang ada
di dalam museum di antaranya berisi diorama, barang-barang korban, dan foto
yang menceritakan tentang kejadian kerusuhan pada waktu itu. Mulai dari aksi
damai, orasi, penghalauan oleh polisi, sampai kepada tragedi penembakan.
Terdapat pula puisi karya Taufiq Ismail yang dibuat sehari setelah peristiwa
tersebut. Pengunjung yang datang ke tempat ini tidak dipungut biaya sama
sekali.
10. Bentara
Budaya Jakarta
Bentara Budaya
Jakarta merupakan bagian dari lembaga kebudayaan harian Kompas. Bentara Budaya
sendiri berdiri pertama kali pada 26 September 1982 di Yogyakarta. Alamatnya
berada di Jalan Palmerah Selatan No. 17, RT 4/2, Palmerah, Jakarta Barat,
persis di berada di belakang Pasar Palmerah.
Bangunan dari
Bentara Budaya sangat mudah dikenali karena berupa bangunan rumah kayu khas
Jawa yang sangat mencolok. Bentara Budaya juga memiliki koleksi lukisan lebih
dari 500 buah dari para pelukis terkenal. Ada juga koleksi keramik dari
berbagai daerah di Indonesia maupun mancanegara.
Setiap bulannya,
Bentara Budaya Jakarta selalu menghadirkan acara-acara kesenian, pameran, dan
pagelaran yang sayang untuk dilewatkan. Tempat ini buka setiap Senin sampai
Jumat dan tutup pada hari libur. Biaya masuknya juga gratis.
11. Gedung Arsip
Nasional
Gedung Arsip
Nasional berada di Jalan Gajah Mada No. 111, Krukut, Tamansari, Jakarta Barat
merupakan bangunan yang dulu pernah dijadikan sebagai tempat penyimpanan
arsip-arsip nasional Negara Indonesia. Saat ini, penyimpanan arsip negara telah
dipindahkan ke gedung yang berada di Jalan Ampera, Jakarta Selatan. Bangunan
ini merupakan salah satu gedung tua yang bersejarah.
Gedung Arsip
Nasional dibangun pada abad ke-18 sebagai tempat tinggal Gubernur Jenderal VOC
Reinier de Klerck. Sempat digunakan sebagai kantor dari Departemen Pertambangan
Belanda kemudian diubah menjadi gedung arsip.
Sampai Indonesia
merdeka, gedung ini tetap digunakan sebagai tempat penyimpanan arsip oleh
pemerintah Indonesia. Tahun 1979, pemindahan arsip nasional ke gedung yang baru
selesai dilakukan.
Pemanfaatan
gedung saat ini lebih banyak digunakan sebagai tempat pameran atau pagelaran
acara tertentu. Gedung Arsip Nasional buka setiap hari, mulai pukul 08:00
hingga pukul 17:00 dan tidak dipungut biaya bagi pengunjung yang ingin masuk
dan melihat-lihat.
12. Gedung
Candra Naya
Gedung ini
merupakan cagar budaya yang terbilang unik dan merupakan peninggalan seorang
mayor berdarah Tionghoa. Alamatnya ada di Jalan Gajah Mada No. 188, Jakarta
Barat, tetapi letaknya tidak persis di pinggir jalan raya. Lokasinya berada di
dalam komplek superblok yang terdiri dari hotel dan pusat pebelanjaan.
Pemilik awal
dari Gedung Candra Naya ini adalah Mayor Khouw Kim An, seorang mayor Tionghoa
terakhir di Batavia. Gedung dengan arsitektur Tionghoa yang khas ini berdiri di
lahan seluas 2.250 m2. Bangunan Gedung Candra Naya terdiri dari ruangan umum
untuk menerima tamu, ruangan semi pribadi, ruangan pribadi, ruangan pelayan,
dan halaman.
Desain atap
melengkung dan kedua ujungnya terbelah dua milik gedung ini merupakan salah
satu gaya khas bangunan Tionghoa yang disebut “Yanwei” atau ekor walet.
Awalnya, pemilik
gedung yang baru berencana untuk merelokasikan gedung ini ke TMII, tetapi ide
tersebut ditentang keras oleh Gubernur Sutiyoso dan para komunitas pencinta
bangunan tua. Gedung Candra Naya beroperasi mulai pukul 08:00 hingga pukul
15:00.
13. Kawasan
Pecinan Petak Sembilan Glodok
Bukan hanya di
luar negeri saja yang memiliki kawasan pecinan atau Chinatown, Jakarta juga
memiliki kawasan pecinanya sendiri. Tepatnya berada di Jalan Kemenangan III 13,
Glodok, Tamansari, Jakarta Barat atau yang lebih sering disebut sebagai Pecinan
Petak Sembilan Gldodok.
Di sepanjang
jalan, kita dapat menemukan lampion-lampion merah yang tergantung, suasana
menjadi persis seperti pada saat tahun baru Imlek. Sebagai pecinan, kawasan ini
memang dihuni oleh mayoritas masyarakat Tionghoa.
Di sepanjang
jalan kemenangan kita juga dapat menemukan aneka toko yang menjual peralatan
sembahyang umat Buddha dan Konghucu. Ada juga pasar pecinan yang menjual
berbagai macam makanan unik khas Tionghoa. Keunikan lainnya, antara pedagang
dan pembeli berkomunikasi menggunakan bahasa Mandarin atau Hokkian membuat
suasana pecinan semakin terasa di Petak Sembilan.
14. Jembatan
Kota Intan
Jembatan Kota
Intan terletak tidak jauh dari kawasan Kota Tua Jakarta. Lokasinya berada di
Jalan Kali Besar Barat dan Jalan Kali Besar Timur, Jakarta Barat. Jembatan ini
usianya sudah lebih dari 300 tahun dan dibangun oleh pemerintahan VOC pada
tahun 1628. Sebagai salah satu bangunan bersejarah, Jembatan Kota Intan berada
di dalam pengawasan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta.
Jembatan ini
termasuk ke dalam jembatan jungkit Belanda. Dulunya, bagian mampu diangkat
untuk memudahkan kapal-kapal yang berlayar melewati sungai. Sampai sekarang,
Jembatan Kota Intan sudah beberapa kali mengalami pemugaran.
Pilihlah waktu
malam hari ketika hendak berkunjung ke jembatan ini. Terdapat sistem lampu yang
di pasang di bagian kanan dan kiri jembatan. Jembatan menjadi terlihat lebih
indah dengan adanya lampu sorot pada malam hari.
15. Masjid Jami
An-Nawier
Memulai wisata
religi di Jakarta Barat dapat dilakukan dengan berkujung ke Masjid Jami
An-Nawier yang terletak di Jalan Pekojan Raya No. 71, Jakarta Barat. Masjid ini
menjadi salah satu masjid tertua yang masih berdiri di Jakarta. Dibangun pada
tahun 1760, hingga saat ini masjid yang juga dikenal dengan nama Masjid Pekojan
ini sudah beberapa kali direnovasi.
Masjid Jami
An-Nawier memiliki menara yang menyerupai mercusuar setinggi 17 meter yang
terletak di bagian belakang. Terdapat pula beberapa makam dari orang-orang yang
berpengaruh dalam membangun dan mengembangkan masjid.
Untuk sampai ke
tempat ini, dari depan Museum Bank Indonesia jalan lurus ke arah utara, akses
jalannya cukup berkelok, Anda bisa bertanya kepada masyarakat setempat. Masjid
tersebut berada di jalan Pengukiran.
16. Masjid Raya
KH Hasyim Asyari
Dikenal dengan
nama Masjid Raya Daan Mogot, Masjid Raya KH. Hasyim Asyari merupakan tempat
peribadatan umat Islam yang baru diresmikan pada awal tahun 2017. Setelah
diresmikan, masjid ini sempat menuai kontroversi karena bangunannya dikatakan
mirip dengan salib. Padahal, gaya bangunan dan arsitekturnya didasarkan pada
kebudayaan Betawi.
Menurut sang
arsitek, masjid memiliki konsep keterbukaan, keragaman, dan keberagaman. Atap
masjid yang tidak berkubah pada umunya terinspirasi dari rumah gaya Betawi yang
memiliki ciri-ciri limasan dan pelana.
Selain sebagi
tempat beribadah, Masjid Raya Daan Mogot ini juga bisa dijadikan sebagai obyek
wisata religi. Lokasinya mudah dijangkau karena berada di dekat Jalan Daan
Mogot. Jalanan tersebut juga sudah dilalui oleh Transjakarta koridor 3,
Kalideres-Harmoni.
17. Gereja Sion
Gereja Sion
merupakan gereja Portugis tertua yang ada di Jakarta. Peresmiannya, menurut
sejarah, adalah pada tahun 1695. Bangunan ini merupakan salah satu bangunan tua
di Jakarta yang peruntukannya masih tetap sama dari penggunaan awalnya. Gereja
Sion sendiri sudah termasuk ke dalam cagar budaya berdasarkan SK Gubernur DKI
Jakarta tahun 1972.
Nama asli dari
gereja ini adalah Portugese Buitenkerk yang berarti gereja portugis di luar
tembok kota. Bangunan ibadah umat protestan ini berada di Jalan Pangeran
Jayakarta No. 1, Jakarta Barat. Jaraknya hanya sekitar 200 meter dari Stasiun
Jakarta Kota dan menghadap ke arah Jalan Raya Mangga Dua. Nama gereja diambil
dari kata Zion yang berarti kesucian di dalam hati.
Gereja Sion
dibangun di atas 10.000 balok kayu bundar sebagai landasan. Perancang
bangunannya bernama E. Ewout Verhagen dari Rotterdam, Belanda. Gereja dengan
bentuk kotak dengan ukuran 24 x 32 meter ini mampu menampung hingga 1.000
jemaat. Di dalam gereja terdapat mimbar bergaya barok dan orgel atau organ
seruling yang masih terawat dengan baik.
18. Kim Tek Ie
Dikenal juga
sebagai Vihara Dharma Bhakti, Kim Tek le terletak di Jalan Kemenangan III,
Petak Sembilan No. 9 RT 03/02, Glodok, Tamansari. Lokasinya berada di dalam
kawasan pecinana Petak Sembilan, Glodok. Kim Tek Ie merupakan salah satu
kelenteng tertua di Jakarta, setelah Kelenteng Ancol. Bangunan ini telah ada
sejak tahun 1650 dan didirikan oleh Kwee Hoen, seorang letnan keturunan Tionghoa.
Nama Kime Tek Ie
sempat dilarang digunakan sejak peristiwa tahun 1965. Oleh Dewan Wihara
Indonesia, nama kelenteng ini berubah menjadi Wihara Dharma Bhakti. Daya tarik
utama dari tempat ini adalah dijadikannya Kelenteng Kim Tek Ie sebagai pusat
perayaan hari-hari besar Tionghoa. Salah satu acara yang terkenal
diselenggarakan di tempat ini adalah Festival Cioko atau Festival Hantu
Kelaparan.
19. RPTRA
Jakarta Barat
RPTRA adalah
singkatan dari Ruang Terbuka Publik Ramah Anak yaitu sebuah taman yang memiliki
berbagai fasilitas bermain untuk anak-anak. RPTRA khusus dibangun di seluruh
wilayah Provinsi DKI Jakarta. Di Jakarta Barat Sendiri, sudah ada 36 RPTRA dan
akan dibangun sekitar 20 RPTRA lagi.
Konsep RPTRA
sendiri merupakan ruang terbuka hijau yang berupa taman dan dilengkapi berbagai
fasilitas pendukung, seperti taman bermain, perpustakaan, dan ruang laktasi.
RPTRA dibangun di dekat pemukiman warga agar penggunaannya dapat lebih
maksimal. RPTRA dibangun oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan
menggunakan dana sumbangan CSR.
RPTRA bisa
menjadi tempat wisata dan rekreasi alternatif, terutama bagi orang tua yang
ingin mengajak anak-anaknya untuk bermain bersama. Beberapa RPTRA di Jakarta
Barat, di antaranya terletak di daerah Cengkareng, Grogol, Kalideres, Kebon
Jeruk, Kembangan, Palmerah, dan daerah-daerah lainnya. Ke depannya, diharapkan
tiap-tiap Rukun Warga memiliki minimal satu RPTRA.
20. Hutan Kota
Srengseng
Di tengah hiruk
pikuk pembangunan kota metropolitan, sepertinya mustahil menemukan tempat yang
sejuk dan asri. Ruang terbuka hijau memang tergolong sedikit ditemukan di
wilayah Jakarta. Namun, siapa yang menyangka, jika terdapat sebuah hutan kota
yang tersembunyi di wilayah Jakarta Barat.
Lokasinya berada
di Jalan Haji Kelik RT 8/6, Srengseng, Kembangan, Jakarta Barat. Jaraknya hanya
sekitar 1,5 km dari Jalan Raya Pos Pengumben. Saat melewati jalan tersebut, ada
beberapa petunjuk jalan yang tepat menuntun hingga ke lokasi Hutan Kota
Srengseng.
Hutan ini
berfungsi sebagai daerah resapan air dan hutan konservasi dengan luas sekitar
15 hektare. Tempat ini cocok digunakan sebagai alternatif wisata alam di
Jakarta Barat.
Memasuki hutan
kota ini, pengunjung dikenakan tarif sebesar Rp1.000 dan biaya parkir Rp1.000
untuk motor, serta Rp2.000 untuk mobil. Di dalam area hutan, berjajar puluhan
kios makanan dan minuman. Ada pula sarana rekreasi anak-anak. Di dalam hutan
yang rimbun dan sejuk ini juga terdapat danau, panggung terbuka, dan tempat
untuk panjat dinding.
21. Taman
Cattleya
Sebelum marak
dibangun RPTRA seperti sekarang ini, Jakarta Barat juga telah memiliki taman
andalannya sendiri. Taman Cattleya atau biasa disebut dengan Taman Tomang.
Taman ini berada di Jalan Letjen S. Parman, Tomang, Jakarta Barat, persisnya di
dekat perempatan Tomang yang mengarah ke tol Kebon Jeruk. Selain menjadi sarana
rekreasi bagi masyarakat sekitar, taman ini juga kerap dijadikan sebagai lokasi
shooting.
Taman Cattleya
memiliki fasilitas yang cukup memadai, sehingga membuat pengunjung merasa
nyaman berlama-lama berada di tempat ini. Untuk mencapai ke lokasi taman, ada
beberapa alternatif pilihan kendaraan yang dapat digunakan.
Bus/angkutan
umum jurusan Cawang-Grogol pasti melewati taman ini. Anda hanya perlu minta
untuk diturunkan di perempatan Tomang. Jika naik Transjakarta, Anda bisa turun
di Halte Rumah Sakit Harapan Kita dan berjalan kaki 200 meter ke arah
perempatan Tomang.
22. Tribeca Park
Di Jakarta
Barat, taman tidak hanya berlokasi di luar ruangan saja. Ada juga taman dalam
ruangan dan berada tepat di dalam sebuah mal megah. Disebut dengan nama Tribeca
Park, taman ini berada di Jalan Letjen S. Parman No. 28, Tanjung Duren, Grogol
atau tepatnya di dalam Mal Central Park Jakarta. Meskipun berada di dalam
ruangan, taman ini memiliki luas sekitar 1,5 hektare.
Taman dalam mal
ini memiliki koleksi tanaman yang cukup lengkap. Ada pohon-pohon rindang di
bagian dalam sedangkan di bagian luarnya dipenuhi dengan berbagai macam tanaman
hias.
Terdapat pula
kolam-kolam yang berisi ikan koi dan kura-kura Brazil. Walaupun berada di dalam
ruangan, kita masih dapat merasakan kesegaran dan kesejukan udara yang ada.
23. Jakarta
Aquarium
Jakarta Aquarium
termasuk ke dalam tempat wisata kekinian yang baru hadir di Jakarta. Lokasinya
di pusat perbelanjaan Neo Soho, Jalan Letjen S. Parman No. 28, Tanjung Duren,
Jakarta Barat, masih satu lokasi dengan Mal Central Park. Tempat ini juga
merupakan area konservasi satwa air dan darat di Indonesia hasil kerjasama
antara Taman Safari Indonesia dengan KLCC.
Tidak hanya
menjadi tempat rekreasi dan bersenang-senang saja, lokasi ini juga dapat
digunakan sebagai sarana belajar bagi anak-anak untuk lebih mengenal kehidupan
binatang, khususnya binatang air.
Di Jakarta
Aquarium, pengunjung dapat menikmati berbagai wahana rekreasi yang disediakan,
seperti menyelam di tangki raksasa, seatrekking, hingga menikmati pertunjukan
bawah laut.
Untuk mencapai
lokasi ini, pengunjung bisa memanfaatkan layanan Transjakarta koridor 9, Pinang
Ranti-Pluit, dan turun di Halte S. Parman Podomoro City. Bagi pengunjung yang
naik kendaraan umum dari Cawang ke Grogol, bisa langsung turun di depan Central
Park.
24. Sky Rink
Tidak perlu
jauh-jauh ke luar negeri hanya untuk bisa bermain ice skating. Di Jakarta, kita
juga bisa melakukan kegiatan tersebut sepuasnya. Sky Rink Jakarta yang berada
di dalam Mal Taman Anggrek, Jalan Letjen S. Parman Kav. 21, Tanjung Duren
Selatan, Grogol ini merupakan arena ice skating terluas di Asia Tenggara. Ice
skating yang juga menjadi arena termegah di Asia ini memiliki luas mencapai
1.248 m2.
Tempat ini
dibuka setiap hari dari pukul 09:00 hingga pukul 21:30. Biaya masuknya mulai
dari Rp65.000 untuk hari biasa dan Rp85.000 untuk akhir pekan dan hari libur
nasional. Selain menyediakan arena skating untuk umum, Sky Rink juga memiliki
fasilitas sekolah skating dengan pelatih-pelatih profesional.
25. Wisata
Belanja Asemka
Jakarta Barat
juga dikenal memiliki berbagai tempat wisata belanja yang unik dan menarik.
Salah satunya adalah Pasar Asemka yang berada di dekat kawasan Kota Tua
Jakarta, di Jalan Petongkangan, Jakarta Barat. Persisnya berada di belakang
Museum Bank Mandiri.
Pengunjung dapat
menggunakan Transjakarta Koridor 1 atau KRL jurusan Bogor-Jakarta Kota sebagai
alat transportasi umum yang dapat digunakan untuk menuju ke lokasi ini.
Pasar Asemka
dikenal sebagai pusat grosir akseori, mainan anak, ATK, perlengkapan sekolah,
perlengkapan pesta, suvenir pernikahan, dan lain-lainnya. Pasar Asemka juga
dikenal sebagai Pasar Pagi. Untuk berbelanja di sini, kita disarankan untuk
pandai menawar agar mendapatkan harga yang terbaik. Jangan lupa juga untuk
melihat kondisi barang sebelum membelinya.
26. Pasar Bunga
Rawabelong
Selain Pasar
Asemka, Jakarta Barat juga memiliki Pasar Bunga Rawabelong sebagai salah satu
wisata belanja unik lainnya. Pasar yang buka setiap hari selama 24 jam ini
berada di Jalan Sulaiman, Sukabumi Utara, Jakarta Barat. Di pasar yang
lokasinya juga berdekatan dengan Pasar Palmerah ini, kita dapat menemukan
berbagai macam jenis bunga dengan harga yang bervariasi.
Mulai dari bunga
untuk duka cita, karangan bunga, buket bunga, dan jenis bunga lainnya. Untuk
bisa mencapai tempat ini, pengunjung dapat menggunakan angkutan umum berupa
mikrolet M11 jurusan Tanah Abang-Meruya.
27. ITC Roxy Mas
ITC Roxy Mas
menjadi tujuan utama masyarakat untuk membeli berbagai macam gadget terbaru.
Pusat perbelanjaan yang berada di Jalan KH Hasyim Asyari, Cideng ini memang
terkenal sebagai salah satu pusat penjualan elektronik terbesar.
Produk yang
dijual dikenal memiliki harga yang cukup terjangkau dan lengkap. Pramuniaga
yang ada juga tidak sungkan menjelaskan spesifikasi barang dan keunggulan
produk yang dijualnya.
28. Kedai Abang
Adek
Puas berkeliling
dan berbelanja, saatnya menikmati jenis wisata lainnya di Jakarta Barat, yaitu
wisata kuliner. Tidak hanya restoran dan rumah makan mewah, kota ini juga
banyak memiliki tempat makan sederhana yang juga tidak kalah tersohor.
Salah satu
lokasi kuliner menggugah selera dan menguji adrenalin adalah Kedai Abang Adek
yang berada di Jalan Mandala Utara No. 8, Tomang, Grogol, belakang Rumah Sakit
Sumber Waras.
Kedai ini
terkenal dengan menu mie instannya yang memiliki cita rasa pedas berbagai
level. Salah satu level terpedasnya menggunakan cabai hingga 100 buah. Bagi
Anda yang ingin menguji adrenalin dengan memakan mie super pedas, langsung saja
datang ke kedai yang buka setiap hari dari pukul 07:00 pagi hingga 02:00 dini
hari ini.
29. Gado-Gado
Direksi
Kuliner
tradisional juga banyak ditemukan di Jakarta Barat. Salah satu kuliner
tradisional yang sudah melegenda adalah Gado-Gado Direksi yang berada di Jalan
Pintu Besar Selatan 2, Tamansari, Glodok. Dinamakan Gado-Gado Direksi karena
dulu, warung makan ini selalu dikunjungi oleh direksi bank yang berkantor di
sekitar lokasi warung.
Dibuka sejak
tahun 1967, warung ini sekarang dikelola oleh generasi kedua. Satu porsi
gado-gado lontong dihargai Rp30.000, harga yang cukup terjangkau untuk seporsi
makanan yang melegenda.
30. Kopi Es Tak
Kie
Lupakan sejenak
kedai-kedai kopi modern yang sedang marak. Luangkan waktu untuk berkunjung ke
kedai kopi kuno yang berada di Gang Gloria, Jalan Pintu Besar Selatan III,
Tamansari, Glodok. Kedai tersebut bernama Kopi Es Tak Kie dan terletak satu
lokasi dengan Gado-Gado Direksi dan kawasan pecinan Petak Sembilan. Kedai ini
telah dibuka sejak atahun 1927.
Cobalah menu
andalan dari kedai ini yang berupa es kopi dengan rasa yang sangat khas. Di
sekitar kedai juga tersedia berbagai menu kuliner khas Tionghoa yang patut
untuk dicicipi.
Berkunjung ke
berbagai tempat wisata di Jakarta Barat tentunya semakin menambah kecintaan
kita terhadap pariwisata Indonesia. Dari beberapa obyek wisata sejarah di atas,
kita juga bisa belajar untuk lebih mengenal dan mengetahui betapa berharganya
warisan sejarah dan masa lalu.